Petani Karet Menjerit, Butuh Uluran Tangan Pemerintah

Juga adanya wabah penyakit Pestalotiopsis yang dimulai pada tahun 2018, mengurangi produktivitas hingga sekitar 40 persen. Juga perubahan iklim, seperti musim yang terlalu kering atau basah, menjadi faktor pembatas produktivitas.
Hal ini juga ditambah kenaikan biaya tenaga kerja, pupuk, insektisida, dan sumber daya produksi lainnya setiap tahun. Selain itu juga, industri hilir berbasis karet alam di dalam negeri yang belum berkembang, sehingga pemasaran karet alam Indonesia sangat bergantung pada ekspor.
Ada pula tantangan untuk meningkatkan produksi per unit lahan, merespons kenaikan biaya produksi, kekurangan tenaga kerja, perubahan iklim, percepatan masa belum menghasilkan, penerapan konsep ekonomi sirkular, serta kepatuhan terhadap regulasi internasional seperti Peraturan Deforestasi Uni Eropa (EUDR).
"Semua tantangan ini membutuhkan inovasi serta teknologi di berbagai bidang," ujarnya.
Penyelenggaraan konferensi ini diharapkan sekaligus memberikan sinyal kepada pemerintahan baru di bawah Presiden Prabowo Subianto untuk lebih memperhatikan nasib para petani karet rakyat yang sudah lama mendambakan uluran tangan pemerintah. (esy/jpnn)
Petani karet menjerit, butuh uluran tangan pemerintah dengan melakukan riset yang menghasilkan teknologi untuk meningkatkan keekonomian karet alam
Redaktur : M. Adil Syarif
Reporter : Mesyia Muhammad
- 15 Ribu Pengunjung Ditargetkan Hadir di Pameran Plastics & Rubber Indonesia 2024
- Kembalikan Kejayaan Industri Karet Nasional, PTPN Group Siapkan Strategi Revitalisasi
- Moeldoko Pastikan Nasib Petani Karet Segera Meningkat
- Indonesia Harus Antisipasi Aturan Bebas Deforestasi di Uni Eropa
- Bertemu Ketua Parlemen Thailand, Mendag Zulkifli Hasan Dorong Harga Karet Menguat
- Orang Muda Ganjar Serap Aspirasi dan Beri Bantuan kepada Petani Karet