Petani Kewalahan Kuburkan Ikan

Batuanjing dan Linggai Paling Parah

Petani Kewalahan Kuburkan Ikan
Petani Kewalahan Kuburkan Ikan
"Permintaan pasar kan berbeda-beda. Bisanya sih kita panen saat beratnya sudah mencapai 3 ons, tapi ukuran di bawah itu juga tetap ada yang beli. Jadi tidak ada masalah dengan umur panen. Yang susah itu kalau benihnya baru ditebar tentu tidak mungkin langsung di panen. Mau tidak mau, harus dipindahkan," ujarnya. Syawal beruntung melakukan penebaran benih serentak, sehingga saat terjadi up welling (pusaran air) yang menyebabkan naiknya amoniak dari dasar laut, ikan sudah bisa dipanen.

Sepanjang jalan dari Kampung Muko-Muko, Pasar Rabaa, Linggai, Pasar Akaik, Bayua hingga Maninjau terdapat sekitar 10 truk stand by menunggu proses pengantongan ikan yang dipanen sebelum waktunya untuk didrop ke daerah-daerah yang selama ini menjadi target pasar seperti Pekanbaru,  Kerinci dan Bengkulu. Sebagian pembudidaya juga melakukan pengasapan ikan agar bisa dijual dalam bentuk ikan kering.

"Tapi yang kita asap itu bukan ikan yang sudah mati. Kan ada ikan-ikan yang masih hidup tetapi tak mungkin lagi diselamatkan langsung di asap. Lumayan untuk konsumsi sendiri," ujar Jon. Hingga saat ini pembudidaya yang bekerjasama dengan perusahaan pakan belum memutuskan model penyelesaian kasus kematian ikan tersebut. 

"Belum ada pembicaraan dengan induk samang. Perjanjian secara tertulis juga tidak ada. Tapi biasanya kalau untung sih fifty-fifty.  Kita maunya saling manenggang sehingga tidak ada yang merasa dirugikan," ujarnya.

MANINJAU -- Pemilik keramba ikan di seputaran Danau Maninjau kewalahan untuk mengubur ribuan ton ikan yang mati sejak Jumat (5/11) lalu. Hingga saat

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News