Petani Milenial Bogor Kembangkan Tanaman Hias Berdaun Indah, Diminati Hingga Mancanegara

Kelompok mustahik digambarkan sebagai petani binaan.
Melalui kerja sama tersebut, petani binaan yang memiliki pendapatan tinggi bisa mencapai level muzakki.
Dia menyebut kerja samanya memadukan konsep mustahik dan muzakki. Petani membeli bibit ke Pelita Desa seharga Rp 35 ribu, kemudian petani melakukan perbanyakan dan menjual anakan ke Pelita Desa rata-rata seharga Rp 25 ribu sampai Rp 35 ribu per anakan untuk jenis tanaman hias yang diminati pasar.
"Dari pola ini, petani mendapat keuntungan dan tidak khawatir karena tanaman yang mereka kembangkan sudah ada pasarnya,” lanjut pengusaha yang masih berusia 24 tahun iru.
Pelita Desa mengembangkan beragam jenis florikultura yang mengikuti selera dan permintaan dari buyer dan analisa tren pasar.
Selain itu, nursery itu juga membangun green house seluas 400 meter persegi yang digunakan sebagai karantina tanaman sementara sebelum dikirim ke luar negeri.
“Florikultura yang kami budidayakan antara lain Scindapsus, Philodendron, Aglaonema, Anthurium, Amydrium, Monstera, Syngonium, dan Cyrtosperma," tuturnya.
Kualitas, kuantitas dan kontinuitas merupakan kunci dalam pemasaran florikultura.
Kementerian Pertanian (Kementan) memiliki perhatian serius terhadap pengembangan florikultura guna mewujudkan program gerakan tiga kali lipat ekspor (Gratieks).
- Mentan Amran dan Wamentan Sudaryono Jadi Ujung Tombak Mencapai Swasembada Pangan
- Kementan Gelar Forum Komunikasi Publik Standar Pelayanan RIPH
- Kementan Gelar Forum Komunikasi Publik Penerbitan Standar Pelayanan Produk PSAT
- Mentan: Pengamat Rugikan Negara Rp5 Miliar Bukan Sosok Asing, Guru Besar
- Wujudkan Satu Data Pertanian di Kabupaten Sukabumi, Kementan dan BPS Bersinergi
- Cerita Presiden Prabowo Punya Tim Pertanian Hebat, Apresiasi Kinerja Kementan