Petani Tolak Harga Murah dari Perum Bulog
Dalam aksi tersebut, para petani tidak hanya menyampaikan aspirasi.
Sebagai wujud perlawanan kepada pemerintah, mereka juga membagi-bagikan gula milik petani kepada masyarakat yang lewat untuk memastikan gula yang diproduksi pabrik gula tersebut aman untuk dikonsumsi.
"Lihat ini, kami makan gula. Kami seduh dengan air. Tidak ada yang mati. Tidak ada yang sakit. Gula kami layak. Gula kami tidak beracun. Penyegelan yang dilakukan pemerintah adalah wujud kesewenang-wenangan, tanpa dasar dan tidak manusiawi. Lihat keluarga kami di rumah yang kelimpungan gara-gara gula yang tidak laku dan ditambah kini disegel pemerintah," paparnya.
Sementara itu, Didi Junaedi, salah seorang peserta aksi, meminta tim satgas pangan turun ke daerah-daerah dan menyelidiki gula-gula yang beredar saat ini di pasaran karena diduga merupakan gula rafinasi yang bocor di lapangan.
"Ini yang paling penting. Ini juga yang mau saya tanyakan. Sekarang gula kami tidak laku, lalu yang ada di pasaran itu gula siapa? Bukankah rafinasi tidak boleh untuk dikonsumsi langsung, tapi hanya untuk industri? Kami minta tim satgas pangan turun dan membantu petani di tengah kondisi ketidakpastian ini," tegasnya. (dri/c9/ami/jpnn)
Petani yang tergabung di DPD Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (Aptri) Jawa Barat (Jabar) versi DPN tidak kenal lelah memperjuangkan nasib mereka.
Redaktur & Reporter : Natalia
- Harga Gula Pasir Makin Tinggi, Barang Menghilang
- Gula Pasir Mulai Langka, Harga Naik, Pembelian Dibatasi
- Jelang Lebaran 2022, Kementan Pastikan Pasokan 12 Bahan pokok Aman Terkendali
- Harga Daging Sapi, Cabai hingga Bawang Merah Mulai Naik Nih
- APTRI Bertemu Mendag, Bicara soal Gula, Ada Apa?
- Waduh Stok Gula Pasir di Wilayah Ini Kosong