Petinju M. Rachman Bangkit Lagi, Jadi Juara Dunia Tertua di Indonesia
Diremehkan, Tak Punya Pelatih, Hanya Ditemani Istri
Jumat, 22 April 2011 – 10:33 WIB
Sebelumnya, Rachman merebut sabuk juara dunia kelas terbang mini versi IBF pada 2004. Gelar tersebut melayang pada 2007 setelah dia ditaklukkan petinju Filipina, Florante Condes. Setelah itu, Rachman ternyata tidak berhenti. Dia masih meneruskan karir bertinjunya.
Pertarungan besar yang sempat dia lakoni sebelum 2011 adalah pada 2009. Saat itu dia menantang juara dunia versi WBC Oleydong Sithsamercai asal Thailand. Dalam pertarungan yang digelar di Thailand itu, Rachman kembali harus menelan kekalahan. "Saat itu saya belum merasa waktunya untuk berhenti meskipun sudah tua. Saya tetap bertinju karena ini hobi saya. Jadi, saya terus saja berlatih," terangnya.
Belajar dari kekalahan itu, Rachman lebih mematangkan persiapan. Hebatnya, dia tidak perlu seorang pelatih yang mendampinginya berlatih. Rachman membuat sendiri program latihannya. Pada medio 2010 itu, Rachman telah bertanding dua kali, dan keduanya dia menangkan. Peringkatnya pun terus melorot dari sepuluh besar hingga hanya berada di peringkat ke-12. Namun, keberuntungan berpihak kepadanya.
Pada akhir 2010, juara dunia WBA Kwantai memilih melakoni pertarungan choice (pilihan). Saat itu promotor dari bendera Galaxy Promotion, Niwat Laosuwanwat, menawarinya menjadi lawan Kwantai.
Bagi petinju, meraih gelar juara dunia di usia menjelang 40 tahun termasuk langka. Tapi, itulah yang terjadi pada Muhammad Rachman. Dia akhirnya
BERITA TERKAIT
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara
- MP21 Freeport, Mengubah Lahan Gersang Limbah Tambang Menjadi Gesang
- Sekolah Asrama Taruna Papua, Ikhtiar Mendidik Anak-anak dari Suku Terpencil Menembus Garis Batas
- Kolonel Zainal Khairul: Pak Prabowo Satuan Khusus, Saya Infanteri dari 408