Petro Bangun Tiga Kilang Minyak
Kamis, 01 April 2010 – 23:18 WIB
Maka, menurutnya, industri strategis ini mengimpor nafta bertahun-tahun dengan harga yang semakin tidak kompetitif. Sementara, pada saat yang sama, industri petrokimia Malaysia, Thailand, dan Singapura, berkembang sangat pesat dengan total kapasitas melebihi Indonesia yang hanya 1,1 juta ton per tahun. "Industri petrokimia kita tidak bisa bersaing dengan mereka karena tidak terintegrasi dengan bahan baku yang paling hulu ini," jelasnya.
Baca Juga:
Alex menambahkan, sejauh ini Indonesia belum memiliki industri refinery yang solid untuk petrokimia karena kilang mililk PT Pertamina (Persero) hanya untuk produksi BBM. "Kemenperin usul supaya orientasi model seperti ini diubah demi kepentingan industri petrokimia dengan membangun tiga unit refinery baru," terusnya.
Tiga kilang minyak baru yang sedang dibangun itu, kata Alex, masing masing membutuhkan biaya sekitar USD 4 miliar sampai USD 5 miliar dengan kapasitas terpasang 300 ribu barel per hari. "Pabrik di Cilegon yang dinilai paling siap. Lahan sudah, pelabuhan tinggal diperluas. Permasalahannya adalah mencari crude oil karena dari dalam negeri kan tidak mungkin," paparnya.
Alexander mengatakan, minyak mentah untuk bahan baku industri petrokimia bersumber dari kerja sama dengan Iran, Nigeria, dan negara D-8 lainnya. "Kami harapkan Iran mau share juga di refinary ini. Sehingga dia bisa bertanggung jawab menghidupkan crude oil di refinary selanjutnya," harapnya.(gen/jpnn)
JAKARTA - Tiga kilang minyak (refinery) baru petrokimia sedang dibangun di Tuban, Cilegon, dan Bontang. Ketiganya membutuhkan investasi total USD
Redaktur & Reporter : Auri Jaya