PGA LIV
Oleh: Dahlan Iskan
Saya juga datang ke lapangan golf St. Andrews, di utara Edinburgh, Skotlandia. Di situlah ia sekolah manajemen golf di masa mudanya.
Pak Ciputra, pemilik begitu banyak lapangan golf, juga gagal berdakwah golf di depan saya. Padahal beliau sampai kirim tas golf yang bulat-besar-panjang itu ke rumah saya. Isinya penuh dengan stik golf berbagai tipe. Untuk saya. Pasti mahal sekali.
Suatu saat Pak Ciputra bertanya: sudah main golf? "Mohon maaf," jawab saya sangat lirih. Saya pun melihat raut wajahnya yang kecewa.
Kini ganti saya yang kecewa: Robert tidak mau menulis tentang pertengkaran dalam tubuh golf dunia.
Kemarahan saya itu saya tuangkan hari ini: biar saja saya sendiri yang menulis. Biar saja jelek. Biar saja salah. Agar ia tahu saya lagi kecewa. Apalagi ia pasti membaca tulisan ini.
Ia rajin bikin komentar. Ia selalu membaca Disway lewat google translate. Ia pasti kecewa pagi ini: kok Disway tidak bermutu.
Anda sudah tahu: dominasi PGA Tour, di dunia golf, memang sudah mirip Liga Champions di sepak bola. Setiap pertandingannya disiarkan langsung dengan penonton jutaan.
Saya sering diajak nonton oleh Robert. Di kafe mana pun di perjalanan. Mula-mula merasa sangat membosankan. Tetapi saya harus toleran.