PhD Mama di Australia dan Mitos Wanita Indonesia

Riset yang dilakukan selama empat tahun pun tak ayal menyedot energi fisik dan psikis. Bekerja sampai larut malam atau saat akhir pekan terkadang tak terhindarkan.
Belum lagi keharusan traveling saat menghadiri konferensi di kota berbeda.
Memasak secara maraton saat akhir pekan, curi membaca saat si kecil tidur, berbelanja di hari-hari diskon, mengatur shift menjemput anak dengan teman, meracik obat-obatan rumahan untuk batuk pilek musiman, adalah beberapa tips lifehack yang sering dibagikan wanita-wanita ini.
Beberapa dari wanita hebat ini juga masih menyempatkan untuk menjadi relawan dalam kegiatan-kegiatan komunitas Indonesia maupun komunitas lain di Victoria.
Para wanita hebat ini memberikan inspirasi untuk saya setiap harinya. Wanita-wanita ini seakan punya sumber energi yang tiada habisnya.
Saya percaya, salah satu sumbernya adalah cinta dalam hidup mereka: suami dan anak-anak, yang tentunya bukan cinta yang gagal.
Sebagian besar suami-suami dari wanita-wanita hebat ini mendampingi istri-istri mereka untuk menempuh hidup baru sebagai mahasiswa doktoral di Australia.
Kegiatan mahasiswa PhD juga mengharuskan mereka mengikuti konprensi dan melakukan perjalanan ke luar kota.
Anda pernah membayangkan beratnya perjuangan para mahasiswa perempuan yang harus menghabiskan waktu 4-5 tahun untuk menyelesaikan pendidikan doktoral
- Sulitnya Beli Rumah Bagi Anak Muda Jadi Salah Satu Topik di Pemilu Australia
- Rusia Menanggapi Klaim Upayanya Mengakses Pangkalan Militer di Indonesia
- Dunia Hari Ini: Siap Hadapi Perang, Warga Eropa Diminta Sisihkan Bekal untuk 72 Jam
- Rusia Mengincar Pangkalan Udara di Indonesia, Begini Reaksi Australia
- Dunia Hari Ini: Katy Perry Ikut Misi Luar Angkasa yang Semua Awaknya Perempuan
- Dunia Hari Ini: Demi Bunuh Trump, Remaja di Amerika Habisi Kedua Orang Tuanya