Phieter, Penyandang Tuli yang Bersemangat Menyuarakan Kesetaraan
jpnn.com, JAKARTA - Penyandang tuli, Abdurrahman Phieter Angdika merupakan alumnus Program Studi Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma.
Terlahir sebagai orang tuli, pemuda kelahiran 19 Juli 1990, ini justru makin bersemangat untuk belajar dan memperkaya diri dengan ilmu pengetahuan.
Setelah meraih gelar S1, Phieter meneruskan pendidikan di Gallaudet University, AS atas dukungan dana Pemerintah Jepang dan World Deaf Leadership (WDL).
Selama di AS, Phieter menikmati proses perkuliahan dengan akses bahasa isyarat secara langsung, dibantu oleh guru tuli maupun dengar.
Meski bahasa isyarat di Indonesia dan Amerika berbeda, hal ini sama sekali tidak menghalangi Phieter untuk terus melangkah maju.
"Saya belajar untuk memahami bahasa isyarat Amerika melalui visual. Jika diibaratkan, seperti teman dengar yang belajar Bahasa Inggris melalui audio,” ungkap Phieter, di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Bagi Phieter, kesempatan yang diberikan untuk studi lanjut merupakan kesempatan yang sangat berharga. Selain menambah ilmu di bidang akademik, dia juga bisa memperbanyak relasi dan berbagi dengan sesama.
Phieter tidak hanya aktif mengikuti kegiatan perkuliahan, tetapi juga aktif berorganisasi. Ia menjadi Sekretaris Jenderal Asosiasi Juru Bahasa Isyarat Indonesia.
Phieter, penyandang Tuli lulusan Amerika ini bersemangat menyuarakan kesetaraan. Simak selengkapnya
- Latih Karyawan Berbahasa Isyarat agar Mudahkan Komunikasi dengan Konsumen Rungu Wicara
- Jalin Gelar Petualangan Inklusi di Museum BI untuk Teman Tuli
- Menaker Ida Fauziyah Bawa Misi Perlindungan Pekerja dan Kesetaraan di ILC ke-112 Jenewa
- Lindsey Afsari Puteri Memotivasi Disabilitas lewat Single Terbaru Berbahasa Isyarat
- Chandra Asri Group Gandeng Kitaoneus.asia Beri Penyuluhan Penyandang Tuli Lewat Sampah Plastik
- Salam 3 Jari Itu dalam Bahasa Isyarat Artinya I Love You