Pikiran Besar di Kota Kecil (1)
Sebagaimana Hati Saya, Kendari Benar-Benar Berbeda
Kamis, 25 Juni 2009 – 06:18 WIB
Maka, kedatangan saya ke Kendari sore itu benar-benar hanya untuk "rekreasi", ngobrol santai dengan karyawan di ruang rapat, makan-makan ikan bakar yang sangat segar itu, jalan-jalan ke pantai, menengok dua karyawan yang lagi sakit di rumah masing-masing, ke kota lama, ke MTQ Square, ke kota atas, dan besoknya sudah bisa terbang ke Manado (via Makassar) pada pukul 07.00 pagi.
Kendari, sebagaimana juga hati saya, sudah benar-benar berbeda. Ketika saya datang ke Kendari pertama kali untuk membangun Kendari Post 14 tahun lalu, di kota itu praktis hanya ada satu jalan yang memanjang. Ibaratnya, kalau Joko Tjandra mau melarikan diri, jangan sekali-kali melarikan diri ke Kendari: pasti kepegang. Mau lewat jalan mana hayooo? Hanya ada satu jalan di situ.
Kini Kendari sudah sangat berkembang. Memang terasa kota ini kekurangan dana pembangunan (dan terutama dana pemeliharaan), tapi dasar-dasar pembangunan kotanya sudah sangat baik: tidak hanya terfokus ke kota lama yang sempit, tapi sudah membangun kota baru yang masih mudah direncanakan. Juga mulai membenahi pinggir lautnya yang panjang karena Kendari memang memiliki kekayaan teluk yang jauh menjorok ke dalam (banyak yang berseloroh bentuk teluk Kendari ini menggambarkan kekayaan vital terpenting wanita).
Kota itu juga sudah mengalokasikan wilayah perkantoran seluas 1.000 ha dengan infrastruktur jalan yang sudah dan sedang dikerjakan. Kantor gubernur yang baru dibangun di sini. Juga mapolda dan lain sebagainya.
SAYA pernah tergeletak kelelahan di ruang tunggu yang pengap, sempit, dan kotor menunggu keberangkatan pesawat yang akan membawa saya ke Makassar
BERITA TERKAIT