Pikul Agama

Oleh: Dahlan Iskan

Pikul Agama
Dahlan Iskan. Foto/ilustrasi: Ricardo/JPNN.com

Sambil memikul tandu, saya melirik ke kiri: ada toko lumpia Jalan Lombok. "Oh, ini lumpia yang terkenal itu," kata saya dalam hati.

Toko lun pia itu masih tutup. Saya menelan ludah.

"Sampai di mana saya akan memikul ini?" kata saya dalam hati. Begitu banyak yang ingin bergantian memikulnya. "Sampai mulut jalan Lombok saja," tekad saya.

Maka begitu keluar ke jalan besar –saya lupa nama jalan itu– saya serahkan posisi saya ke yang lain. Saya berjalan di sebelahnya.

Ingatan saya juga ke pelajaran pertama saat di pesantren dulu: kitab Arbain. Yakni kumpulan 40 ucapan penting Nabi Muhammad yang dihimpun dalam kitab Arbain. Semuanya hadis yang kuat –terlihat dari siapa penghimpunnya: Imam Bukhari dan Imam Muslim.

Salah satu yang selalu terngiang dari Arbain ialah ucapan Nabi yang satu ini: innamal a'malu binniyat. Semua perbuatan itu tergantung pada niatnya.

Niat apakah yang muncul di lubuk hati saya saat memandu Dewa Cheng Ho itu? Biarlah hanya saya dan arwah Cheng Ho yang tahu. Kalau Tuhan, kan, sudah Mahatahu.

Ingatan saya lainnya adalah: halaman Rumah Gadang yang tidak kalah cantik di Surabaya. Sekitar 100 teman saya pasti lagi senam-dansa di sana.

SAAT ikut memikul tandu dewa Cheng Ho di Semarang, Minggu pagi lalu, pikiran saya melayang ke Kumaila nan cantik.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News