Pilih KRL Bekas Jepang karena Cocok Harga dan Spesifikasi
jpnn.com - JAKARTA - Direktur Utama KAI Commuter Jabodetabek (KCJ), Tri Handoyo mengungkap alasan perusahaan yang dipimpinnya mendatangkan 180 unit KRL dari Jepang secara bertahap. Salah satu alasan yang disodorkan, karena KRL eks Jepang itu sesuai dengan spesifikasi rel di Indonesia.
"Negara lain punya kereta second (bekas, red), tapi tidak cocok lebarnya, yang cocok sama kita itu New Zeland, Jepang, Afrika. Tapi di Afrika saja butuh dari Jepang, kita juga butuh Jepang," ujar Tri saat ditemui di Stasiun Juanda, Jakarta, Senin (4/11).
Selain itu, lanjutnya, harga KRL bekas dari Jepang terbilang lebih murah dibanding dengan buatan PT Inka. Satu unit KRL bekas Jepang dibanderol Rp 1 miliar, sedangkan KRL Inka dibanderol Rp 12 miliar per unit.
"Beli di Inka dan beli baru itu mahal, sampai 12 kali lipatnya. Inka KRL baru tapi harganya tinggi," terang dia.
Di samping itu, KCJ juga tak bisa memungkiri bahwa kebutuhan akan KRL masih sangat banyak. "Ya jumlah penumpang KRL terus bertambah dan kita juga ingin memberikan kenyamanan bagi penumpang agar tidak selalu berdesak-desakan kalau naik kereta," tegasnya.
Lebih lanjut Tri mengatakan, saat ini KCJ memilik sekitar 600 unit kereta. Dari jumlah itu masih ada beberapa yang mengalami permasalahan pada sistem pendingin ruangan atau AC.
Namun, saat ini kereta bermasalah itu tengah dalam perbaikan dan akan digantikan dengan 30 unit KRL bekas Jepang yang baru saja datang. "Kita menghentikan pengoperasiannya dan merawat kereta yang sedang bermasalah. Ada sekitar 20 persen yang AC-nya bermasalah. Makanya akan kita ganti dengan kereta bekas dari Jepang ini," tuturnya.
Tri juga menegaskan bahwa KRL JR Seri 205 yang baru didatangkan ini bukanlah KRL rongkosan. Sebab, kereta-kereta itu baru dua minggu diperasikan di negeri asalnya.