Pilih Shanghai
Oleh Dahlan Iskan
Dia harus mengisi daftar pertanyaan di Apps itu. Kondisi badannya harus selalu dilaporkan lewat ponselnya.
Sampailah sang ibu dan anak di dekat bus. Dia harus menjalani lagi pemeriksaan suhu badan. Lalu harus menunjukkan bahwa dia sudah memiliki Apps di ponselnyi.
Masih ada prosedur lain lagi. Dia hanya boleh mengarantina diri di apartemen sendiri kalau bisa memenuhi syarat ini: tetangga di apartemen itu mengizinkan. Yang dimaksud tetangga adalah komite penghuni apartemen (semacam pengurus) dan manajemen apartemen.
Kalau dua pihak itu tidak setuju mereka harus karantina di hotel. Ada dua pilihan hotel. Yang tarifnya 30 dolar dan yang 60 dolar. Itulah hotel yang sudah ditentukan. Agar pemerintah bisa mengawasi dengan ketat.
Sang ibu cukup pede untuk bisa diterima komite apartemen dan manajemenya. Itu karena sang ibu tinggal di apartemen yang penghuninya mayoritas orang asing.
Sebelum sang ibu naik bus, seorang petugas berpakaian ”astronaut” memeriksa paspor. Lalu mengambilnya. Paspor itu baru akan dikembalikan kalau hasil tes Covid-19 sudah keluar.
Tanpa menunggu pengembalian paspor sang ibu naik bus besar. Tidak tahu bus itu akan ke mana. Tidak semua penumpangnya di apartemen yang sama.
Satu jam kemudian tibalah bus besar itu di sebuah gelanggang olahraga. Sang ibu mengecek di mana lokasi itu. Dia pun tahu. Di sebuah distrik yang dia kenal.