Pilihannya, Merelakan Novanto atau Melawan Rakyat
jpnn.com, JAKARTA - Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR) Ujang Komarudin menilai, Partai Golkar kini sedang berada dalam kondisi sulit.
Itu karena Golkar harus memilih antara merelakan Setya Novanto lengser dari kursi ketua umum atau melawan rakyat.
"Jika tetap mempertahankan Novanto, maka artinya melawan kehendak rakyat. Pemberitaan tentang Novanto akhir-akhir ini bagaikan sinetron berseri yang tak ada habis-habisnya," ujar Ujang di Jakarta, Sabtu (25/11).
Menurut Ujang, 'sinetron' tentang Novanto bukan malah mengangkat popularitas partai berlambang beringin tersebut.
Malah menjadi kampanye hitam yang jika tak segera dihentikan bakal semakin menggerus elektabilitas Golkar.
Lulusan program Doktor Universitas Indonesia ini menyadari, Novanto masih memiliki kekuatan untuk mempertahankan kekuasaannya.
"Novanto mugkin saja memegang kartu AS di Internal Golkar, tapi menurut saya dia lebih elok dan negarawan jika rela melepas jabatan yang melekat," ucapnya.
Selain itu, Novanto juga penting menyadari, kasus hukum yang dihadapi membuat citra dan elektabilitas partai yang dipimpinnya menjadi merosot.
Citra Partai Golkar di pemilu mendatang bisa rusak
- Rekonsolidasi Partai Golkar Dipastikan Tidak Ganggu Stabilitas Nasional & Soliditas KIM
- Idrus Marham Yakin Bahlil Terpilih Secara Aklamasi jadi Ketum Golkar
- Ilham Permana: Bagi AMPG, Tidak Ada Alasan Dilaksanakannya Munaslub Golkar
- Pesan Jusuf Kalla untuk Elite Golkar yang Ngebet Ada Munaslub, Tegas
- Yang Ingin Jadi Ketum Golkar, Jusuf Kalla: Jangan Harap kalau Tak Punya Modal Rp 600 Miliar
- Pendukung Wacana Munaslub Golkar Harus Tahu, JK Punya Sikap Begini