Pilkada Serentak Bisa Menekan Politik Uang
jpnn.com - JAKARTA - Selain pileg dan pilpres, pelaksanaan pilkada juga sebaiknya dilakukan secara serentak. Dengan cara itu, transaksi politik dan politik uang yang dilakukan oleh calon kepala daerah bisa diminimalisir.
Pernyataan ini disampaikan oleh Kuasa Hukum Uji Materi UU Pilpres AH Wakil Kamal dalam diskusi 'Dramaturgi Pemilu Serentak' di Warung Daun, Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (25/1).
"Ini karena bohir-bohir (pemilik modal) bingung mana yang harus dipilih, jadi tidak bisa membeli calon kepala daerah," ujarnya.
Ia menjelaskan bahwa sebagai pengacara, dirinya sering memiliki perkara sengketa pilkada yang diajukan ke Mahkamah Konstitusi. Berdasarkan pengalamannya itu, pelaksanaan pilkada secara terpisah seperti sekarang ini hanya membuat mahalnya biaya politik baik bagi calon kepala daerah maupun negara, dan bahwa calon kepala daerah kerap bekerja sama dengan kelompok pemilik modal.
Sebagai bukti, ia menyebutkan sudah sekitar 300 kepala daerah yang telah diperiksa terkait dugaan tindak pidana korupsi. Malahan sudah ada kepala daerah yang sudah masuk penjara karena hal yang sama.
"Kalau pilkada dilaksanakan secara terpisah, calon kepala daerah bisa dibeli pakai uang," demikian Kamal. (ian/rmol)
JAKARTA - Selain pileg dan pilpres, pelaksanaan pilkada juga sebaiknya dilakukan secara serentak. Dengan cara itu, transaksi politik dan politik
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
- Polda Riau Sita 30 Kg Sabu-Sabu, Irjen Iqbal Ancam Jerat Hukuman Mati Bandar Narkoba
- Bea Cukai Serahkan Barbuk Kasus Rokok Ilegal ke Kejari Kota Semarang, Ada Mobil Mewah
- Siswa SMKN 4 Semarang Tewas Diduga Ditembak Polisi, Kombes Irwan Sebut Ada Tawuran
- 18 Ketua Kadin Provinsi Ajukan Gugatan Penyelenggaraan Munaslub 2024
- KJRI Hamburg Resmi Melayani Permohonan Paspor Elektronik
- Di Kepemimpinan Said Saleh Alwaini, APJATI Siap Menyongsong Indonesia Emas