Pilkada Serentak Harus Bersih dari Provokasi SARA

jpnn.com, JAKARTA - Potensi munculnya radikalisme menjelang Pilkada Serenta 2018 sangat besar.
Selain itu, isu berbau suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA) juga berpotensi muncul.
“Karena itu, pemerintah, terutama Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) mesti mewaspadai kemungkinan itu sedini mungkin,” ujar salah satu kelompok ahli BNPT Syaiful Bakhri, Kamis (1/2/2018).
Menurut dia, masyarakat itu terbagi dalam tiga lapisan yaitu elite, menengah, dan akar rumput (bawah).
Dari ketiga lapisan itu, lapisan akar rumput yang paling mudah terprovokasi.
Sementara itu, kalangan elite adalah kelompok yang bisa memprovokasi.
Di sisi lain, kelompok menengah relatif netral dan tidak terlalu mempersoalkan siapa yang mau jadi pemimpin.
“Kalangan kelas atas biasanya punya desain untuk mempertahankan posisi mereka. Caranya dengan masuk partai politik dan pergaulan elite lainnya. Meski jumlahnya sedikit, kalangan atas yang memiliki uang inilah yang bisa kerja sama atau membiayai provokator,” jelas pria yang juga rektor Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) ini.
Potensi munculnya radikalisme menjelang Pilkada Serentak 2018 nanti sangat besar.
- Sisa Anggaran Pilkada Rp 102 Miliar, PSU Tasikmalaya Dipastikan Aman
- AM Hendropriyono: Waspadai Sentimen SARA Operasi Penggalangan Negara Adidaya ke Masyarakat RI
- Kuasa Hukum Tipagau Anggap Putusan MK Ini Jadi Langkah Menegakkan Keadilan di Mimika
- KPU: Tingkat Partisipasi Pemilih di Pilgub Gorontalo Capai 79 Persen
- Tim Hukum Paslon Aurama Laporkan Belasan Komisioner Bawaslu di Sulsel ke DKPP
- Anggota Bawaslu Lolly Suhenty: Pilkada Berjalan Baik, Terima Kasih Media!