Pilkada Tak Langsung, Asing Kabur
jpnn.com - JAKARTA - Keputusan DPR untuk mengubah sistem pilihan kepala daerah (Pilkada) dari langsung menjadi tidak langsung, berhasil memicu sentimen negatif para pelaku pasar. Investor asing pun buru-buru mencabut investasinya dari tanah air. Hal ini terlihat dari rupiah dan indeks harga saham gabungan (IHSG) yang kompak anjlok.
Pada perdagangan kemarin, rupiah ditutup pada level Rp 12.023 per USD, dengan total depresiasi mencapai 0,3 persen dibandingkan dengan penutupan pada perdagangan hari sebelumnya.
Sepanjang perdagangan, rupiah diperdagangkan di level Rp 11.983-Rp 12.043 per USD. Sejurus dengan itu, IHSG kembali ditutup anjlok 68,816 poin (1,32 persen) ke level 5.132,56. Yield atau imbal hasil obligasi acuan 10 tahun juga terkerek 4,3 basis poin.
Head of Research Division PT Universal Broker Indonesia Satrio Utomo mengatakan, disahkannya RUU Pilkada telah memperburuk keadaan pasar. Mengingat, investor asing sesungguhnya telah melakukan posisi jual di bursa efek Indonesia (BEI) sejak pekan ke dua bulan ini. Meski, aksi jual tersebut dinilai masih dalam jumlah yang kecil.
"Adanya UU Pilkada ditambah dengan kondisi regional yang jelek, tekanan asing makin besar," ungkapnya kepada Jawa Pos.
Ia memaparkan, beberapa waktu ini asing lebih banyak melakukan aksi jual Rp 400 miliar hingga Rp 500 miliar per hari. Sebaliknya, kemarin, asing mencatat penjualan bersih (foreign net sell) sekitar Rp 1,4 triliun di pasar reguler.
Asing melepas saham-saham unggulannya, yang ditandai koreksi pada indeks LQ45 sebesar 13,89 poin (-1,57 persen) ke level 870,52. Secara keseluruhan, sebanyak 240 saham turun, hanya 66 saham yang naik dan sisanya 64 saham stagnan.
Beberapa saham terbaik di pasar modal yang dilanda aksi jual antara lain BMRI (-4,5 persen) ke level 10.050 per lembar, BBRI (-3,9 persen) ke posisi 10.350 per lembar, dan ASII (-2,4 persen) pada angka 7.000 per lembar saham.