Pilot Demokrasi

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Pilot Demokrasi
Presiden Jokowi. Ilustrasi Foto: Ricardo/JPNN.com

Belum lagi, dalam sistem demokrasi liberal peran uang menjadi faktor yang menentukan. 

Calon yang tidak kompeten akan lebih mudah mengalahkan calon yang berkualitas, tetapi tidak punya uang untuk menyosialisasikan program-programnya.

Sebaliknya, calon yang tidak berkompeten tetapi punya beking bohir yang banyak uang akan lebih mudah didandani dengan citra merakyat dan pro wong cilik, sehingga mudah mendapatkan suara rakyat. 

Dengan dukungan media yang membombardir publik dengan fake news dan hoaks, para pemimpin yang tidak berkompeten tetapi populer akan lebih mudah memenangi kontestasi.

Proses demokrasi berganti setiap 5 tahun. Problem mendasar masyarakat membutuhkan waktu yang lebih panjang sampai puluhan tahun. 

Seorang pilot yang berkompeten butuh waktu panjang untuk mendapatkan kompetensinya. 

Akan tetapi, dalam praktik demokrasi pilot-pilot yang tidak berkompeten bisa didandani dan dicitrakan sebagai pilot yang andal. 

Dengan dukungan uang untuk praktik vote buying, kandidat yang buruk bisa memenangi kontestasi kepemimpinan, dan nasib rakyat menjadi taruhan.

Pernyataan dalam pidato Presiden Jokowi itu ibarat menepuk air di dulang tepercik muka sendiri.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News