Pilot Demokrasi

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Pilot Demokrasi
Presiden Jokowi. Ilustrasi Foto: Ricardo/JPNN.com

Kritik terhadap sistem demokrasi sudah menjadi perdebatan panjang oleh para ahli. Sistem ini diperkenalkan di barat dan menyebar ke seluruh dunia setelah Perang Dunia II. 

Sistem demokrasi liberal dianggap cocok dengan sistem sosial di barat, tetapi tidak dengan sendirinya bersifat universal dan cocok diterapkan di semua negara.

Beberapa negara yang sekarang mempunyai posisi politik dan ekonomi yang kuat tidak sepenuhnya menerapkan sistem demokrasi liberal. China salah satu di antaranya.

Turki juga tidak sepenuhnya menerapkan sistem demokrasi liberal, tetapi sekarang menjadi sebuah kekuatan alternatif yang bisa menyaingi Barat.

Contoh paling sukses ditunjukkan oleh Singapura. Negeri kecil itu menjadi salah satu negara paling makmur dan sejahtera di dunia tanpa menerapkan demokrasi liberal ala Barat.

Lee Kuan Yew yang menjadi perdana menteri Singapura selama 31 tahun sejak 1959 sampai 1990, membuktikan bahwa tanpa demokrasi liberal Singapura bisa menjadi ‘’world class country’’, negara kelas dunia.

Lee mengecam sistem demokrasi liberal yang dianggapnya tidak sesuai dengan budaya timur. 

Sebagai gantinya Lee menerapkan sistem demokrasi terbatas dan memadukannya dengan budaya kolektivitas yang lebih sesuai dengan sistem filosofi Asia. 

Pernyataan dalam pidato Presiden Jokowi itu ibarat menepuk air di dulang tepercik muka sendiri.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News