Pilot Perempuan Afghan Dapat Suaka di Amerika Serikat
Ketika ditanya di CNN tentang Rahmani dan usahanya memerangi ekstremisme sebagai bagian dari Angkatan Udara Afghanistan, calon presiden, Trump mengatakan dia tidak tahu siapa dia dan terus berbicara tentang bahaya ekstremisme Islam.
"Sejujurnya sungguh menegangkan," kata Motley.
"Karena perubahan imigrasi di AS dan, terus terang, lebih sedikit orang yang diberikan suaka di AS daripada di bawah pemerintahan Obama - jadi itu sangat menegangkan baginya."
Photo: Kapten Niloofar Rahmani ingin meneruskan karirnya sebagai pilot. (Supplied)
Kapten Rahmani mendapat kabar baik pada hari yang sama tiga serangan bom bunuh diri menewaskan sedikitnya 25 orang di Afghanistan, termasuk 11 anak-anak dan sembilan wartawan.
"Dia selalu khawatir tentang keluarganya. Dia hanya ingin memastikan keluarganya tetap aman karena mereka berada di Afghanistan tetapi dia senang dia telah diberikan suaka," kata Motley.
Setelah tidak dapat menemukan pekerjaan sambil menunggu permohonan suakanya, Kapten Rahmani sekarang menantikan untuk mendapatkan pekerjaan terbang di AS.
Photo: Kapten Niloofar Rahmani (25) adalah pilot pesawat sayap tetap pertama di Angkatan Udara Afghanistan. (Supplied)
- Inilah Sejumlah Kekhawatiran Para Ibu Asal Indonesia Soal Penggunaan Media Sosial di Australia
- Dunia Hari ini: Trump Bertemu Biden untuk Mempersiapkan Transisi Kekuasaan
- Dunia Hari Ini: Penerbangan dari Australia Dibatalkan Akibat Awan Panas Lewotobi
- Dunia Hari Ini: Tabrakan Beruntun Belasan Mobil di Tol Cipularang Menewaskan Satu Jiwa
- Korban Kecelakaan WHV di Australia Diketahui Sebagai Penopang Ekonomi Keluarga di Indonesia
- Trump Menang, Urusan Imigrasi jadi Kekhawatiran Warga Indonesia di Amerika Serikat