Pilpres 2019: Din Syamsuddin Dinilai Layak Jadi Cawapres
”Ditambah dengan situasi sosial masyarakat saat ini yang cenderung terbelah, capres butuh pendamping seorang tokoh yang memiliki integritas dan dikenal luas serta diterima banyak kalangan,” tutur Suhardi.
Suhardi menambahkan, pengertian muslim moderat, radikal maupun lunak sebenarnya tidak terlalu relevan karena kategorisasi itu tidak ada konteksnya.
”Sebab, cawapres tidak harus ahli agama. Yang penting paham dan mampu mengakomodasi aspirasi harapan umat Islam,” ujar Suhardi.
Dia menjelaskan, seandainya maju Pilpres 2019, Din harus memilih capres yang kredibel dan memiliki kapasitas untuk membawa kemajuan bagi negara.
“Kalau tidak, dia justru akan terkena getah kegagalan,” kata Suhardi.
Din, sambung Suhardi, adalah salah satu figur pemimpin Islam yang cukup senior. Selain memiliki kemampuan organisasi yang teruji, Din juga dikenal sebagai intelektual muslim yang mempunyai jaringan internasional luas.
Din juga dinilai sangat paham masalah politik. Namun, pengenalan masyarakat terhadap Din masih terbatas, terutama di perdesaan.
Tidak hanya itu, Din juga bukan dari partai politik (parpol).
Din Syamsuddin dinilai memiliki preferensi tinggi sebagai cawapres pada Pilpres 2019.
- Pembubaran Diskusi Merusak Demokrasi, Sahroni Puji Langkah Cepat Polisi Menangkap Pelaku
- Sekelompok Orang Bubarkan Diskusi, Din Syamsuddin: Refleksi dari Kejahatan Demokrasi
- Cerita Din Soal Sekelompok Orang Bubarkan Diskusi di Hotel Grand Kemang, Hmm...
- Polisi Sudah Tahu Pelaku yang Membubarkan Paksa Diskusi di Kemang
- Deddy Sitorus Bicara Soal Perubahan Sikap Jokowi Setelah Pilpres 2019, Jleb Banget!
- Tanggapi Sengketa Pilpres 2024, GPKR Mengetuk Hati Para Hakim MK, Begini Harapannya