Pilpres 2019 Tunjukkan Aspirasi Kelompok Pinggiran Terakomodir ke Politik Arus Utama
"Namun yang menarik, yaitu adanya kelompok-kelompok pinggiran yang berhasil masuk ke arena politik arus utama," katanya.
Photo: Presiden Joko Widodo bersama pengurus Partai Solidaritas Indonesia, salah satu parpol pendukungnya yang bermaksud menghapus Perda Syariah di Indonesia. (Istimewa)
Dikatakan, jika sepuluh tahun lalu kelompok ini masih berada di pinggiran, sekarang mereka berhasil menduduki peran penting dalam panggung politik.
"Salah satu alasan untuk itu, yaitu diskursus mereka menjadi diskursus kelompok politik arus utama. Ide-ide yang 10 tahun lalu tampak sebagai ide tak lazim kini sudah menjadi lazim," jelas Prof Vedi.
Menurut dia, sebenarnya proses serupa juga terjadi di negara-negara Barat seperti Australia, Eropa dan AS. Namun ideologinya bukan Islam tapi ideologi kelompok kanan yang diadopsi dan disuarakan ulang terutama oleh partai-partai Kanan-Tengah.
"Jadi ada yang paralel terjadi di Indonesia dalam kelompok Islam dengan di negara Barat dalam kelompok kanan," tambahnya.
Efek dari hal ini, katanya, yaitu perkembangan wacana-wacana konservatif yang kian kuat dalam politik Indonesia. Implikasi terbesarnya yaitu bahwa demokrasi Indonesia secara sosial menuju ke arah yang lebih konservatif.
"Tapi ini bukan berarti kelompok-kelompok pinggiran, atau sebut saja kelompok radikal Islam, akan mengambil-alih kekuasaan. Itu anggapan konyol," tegasnya.
- Upaya Bantu Petani Indonesia Atasi Perubahan Iklim Mendapat Penghargaan
- Dunia Hari Ini: Tanggapan Israel Soal Surat Perintah Penangkapan PM Netanyahu
- Dunia Hari Ini: Warga Thailand yang Dituduh Bunuh 14 Orang Dijatuhi Dihukum Mati
- Biaya Hidup di Australia Makin Mahal, Sejumlah Sekolah Berikan Sarapan Gratis
- Rencana Australia Membatasi Jumlah Pelajar Internasional Belum Tentu Terwujud di Tahun Depan
- Dunia Hari Ini: Konvoi Truk Bantuan Untuk Gaza Dijarah Kelompok Bersenjata