Pilpres 2019 Tunjukkan Aspirasi Kelompok Pinggiran Terakomodir ke Politik Arus Utama

"Namun yang menarik, yaitu adanya kelompok-kelompok pinggiran yang berhasil masuk ke arena politik arus utama," katanya.

Dikatakan, jika sepuluh tahun lalu kelompok ini masih berada di pinggiran, sekarang mereka berhasil menduduki peran penting dalam panggung politik.
"Salah satu alasan untuk itu, yaitu diskursus mereka menjadi diskursus kelompok politik arus utama. Ide-ide yang 10 tahun lalu tampak sebagai ide tak lazim kini sudah menjadi lazim," jelas Prof Vedi.
Menurut dia, sebenarnya proses serupa juga terjadi di negara-negara Barat seperti Australia, Eropa dan AS. Namun ideologinya bukan Islam tapi ideologi kelompok kanan yang diadopsi dan disuarakan ulang terutama oleh partai-partai Kanan-Tengah.
"Jadi ada yang paralel terjadi di Indonesia dalam kelompok Islam dengan di negara Barat dalam kelompok kanan," tambahnya.
Efek dari hal ini, katanya, yaitu perkembangan wacana-wacana konservatif yang kian kuat dalam politik Indonesia. Implikasi terbesarnya yaitu bahwa demokrasi Indonesia secara sosial menuju ke arah yang lebih konservatif.
"Tapi ini bukan berarti kelompok-kelompok pinggiran, atau sebut saja kelompok radikal Islam, akan mengambil-alih kekuasaan. Itu anggapan konyol," tegasnya.
- Paus Fransiskus, Pemimpin Gereja Katolik yang Reformis, Meninggal Dunia pada Usia 88 tahun
- Dunia Hari Ini: PM Australia Sebut Rencana Militer Rusia di Indonesia sebagai 'Propaganda'
- Sulitnya Beli Rumah Bagi Anak Muda Jadi Salah Satu Topik di Pemilu Australia
- Rusia Menanggapi Klaim Upayanya Mengakses Pangkalan Militer di Indonesia
- Dunia Hari Ini: Siap Hadapi Perang, Warga Eropa Diminta Sisihkan Bekal untuk 72 Jam
- Rusia Mengincar Pangkalan Udara di Indonesia, Begini Reaksi Australia