Pimpinan MUI Tulis Puisi: Ke Manalah Hati Mereka yang Tega Membunuh Sesama
Ini benar-benar merupakan pagi yang kelabu, di mana nyawa enam orang anak muda hilang seketika dengan mudahnya, di tangan mereka yang tega berbuat kejam kepada sesama anak bangsa.
Semestinya semua kita harus tahu termasuk para polisi bahwa nyawa manusia itu sangat berharga. Menghilangkan nyawa satu orang sama artinya dengan menghilangkan nyawa seluruh anak manusi yang ada di dunia.
Apalagi kita ini adalah penduduk dari negara yang berbudaya dan menghormati agama. Jangan sekali-kali kita mempermain-mainkan nyawa kita dan saudara-saudara kita.
Nyawa itu adalah intinya manusia kalau dia sudah hilang dan atau tiada maka dia akan diantar ke pandam pekuburannya.
Saya tidak habis mengerti ke mana lah hati orang yang tega membunuh kawannya yang sesama manusia yang sebangsa dan senegara?
Apakah dia tega dan bisa menerima kalau hal itu terjadi pada istri atau suami serta anak-anak dan kedua orang tuanya?
Saya percaya kalau orang itu masih waras dan masih punya hati nurani pasti dia tidak akan sanggup dan rela menerimanya. Tetapi hal itu sudah terjadi dan sudah merupakan fakta.
Kalau begitu pertanyaannya negeri ini negeri apa dan negeri siapa? Dan negeri ini akan mau dibawa ke mana?
Pimpinan MUI itu menuliskan puisi sebagai bentuk keprihatinan atas bentrok polisi dengan FPI.
- Refly Harun Penasaran dengan Kalimat Perintah Langsung terkait Pembubaran Diskusi di Grand Kemang
- Kasus Pembubaran Diskusi, Kapolsek Mampang Diperiksa Propam
- Demo di Polda Metro Jaya, Mahasiswa Desak Alexander Marwata Diproses Hukum
- Video Asusila Pelajar SMA-SMP dalam Kelas di Demak Viral, Polisi Sudah Bertindak
- 5.614 Personel Gabungan Siap Jaga Pelantikan Anggota DPR RI Periode 2024-2029
- Pembubaran Diskusi Merusak Demokrasi, Sahroni Puji Langkah Cepat Polisi Menangkap Pelaku