Pimpinan Pertempuran 10 November Raih Gelar Pahlawan Nasional
Pada hari yang sama, 29 Oktober 1945 di sore hari, Mohamad bersama Brigadir Mallaby berpatroli keliling kota Surabaya untuk melihat progres gencatan senjata. Rombongan ini berhenti di Jembatan Merah depan Gedung Internatio. Di dalam gedung itu tentara Inggris dari kesatuan Gurkha sedang dikepung oleh pemuda-pemuda Indonesia untuk diminta menyerah.
Mohamad lantas masuk ke dalam gedung yang dikuasai Inggris untuk melakukan negosiasi. Tanpa disangka, Mohamad malah disandera oleh tentara Ghurka dan terjadilah tembak-menembak antara tentara Inggris dan pemuda Surabaya. Mallaby tewas dalam mobilnya yang meledak dan terbakar.
Tewasnya Mallaby, membuat Inggris marah. Inggris mengultimatum rakyat Surabaya yang mempunyai senjata, untuk menyerahkan senjatanya. Ultimatum ini spontan ditolak oleh Mohamad yang kemudian memimpin TKR dan pemuda Surabaya melakukan pertempuran yang puncaknya adalah 10 Nopember 1945. Inggris membombardir Surabaya dari darat, laut dan udara.
Perang terbuka di Surabaya ini berlangsung selama 22 hari dan menewaskan 6315 pejuang anggota TKR. Mohamad pun terkena pecahan mortir di pelipisnya, namun tetap memimpin pertempuran melawan tentara sekutu.
Setelah pertempuran Surabaya, Mangoendiprojo dipromosikan menjadi Jendral Mayor dan diangkat menjadi Kepala Staff TNI oleh Presiden Soekarno. Setelah mengakhiri karier militer, dia ditugaskan sebagai Bupati Ponorogo, yang salah satu misinya adalah mengamankan daerah Madiun setelah pemberontakan PKI Muso pada 1948.
Prestasinya ini kemudian mengantar Mangoendiprojo menjadi Residen (Gubernur) pertama Lampung dengan misi utama mengendalikan keamanan di daerah ini. Di sini pula Mangoendiprojo tutup usia pada 13 Desember 1988 dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Bandar Lampung.
Kerabat lainnya, Tri Haryo Soesilo mengucapkan terimakasih pada Presiden Joko Widodo dan jajarannya atas penganugerahan tersebut.
"Kami sangat bersyukur pada Allah SWT. Kami sangat berterimakasih pada Presiden atas anugerah ini," kata Tri. (flo/jpnn)
JAKARTA - Satu per satu keluarga tokoh bangsa mengucapkan syukur atas gelar pahlawan nasional yang diberikan pemerintah pada empat tokoh di Istana
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
- Perbedaan Data Kerugian Lingkungan Kasus Korupsi Timah Sorot Perhatian di Persidangan
- Mobil Sukarelawan Andika-Hendi Tabrak Pohon di Semarang, 2 Orang Masuk RS
- Kecelakaan di Tol Cipularang, Sopir Truk Trailer Tersangka
- Sikap Ahli di Sidang Kasus Timah Tidak Etis, Perhitungan Kerugian Negara Diragukan
- Rayakan HUT ke-24, Epson Berkomitmen Berikan Dampak Positif Bagi Masyarakat Indonesia
- Ahmad Muzani Ingatkan Warga Jaga Persatuan & Kesatuan Menjelang Pilkada 2024