Pin Nadiem
Oleh Dahlan Iskan
Hanya detailnya yang belum diperinci. Detail itu akan menjadi bagian dari kemerdekaan kampus itu sendiri --untuk menetapkannya.
Maka dalam 100 hari masa jabatannya itu Nadiem sudah meluncurkan dua kebijakan mendasar. Yang pertama soal SD-SMP-SMA. Termasuk mengenai ujian nasional yang tidak lagi diperlukan.
Kini soal perguruan tinggi. Hari-hari ini kampus tentu lagi heboh. Banyak yang menilai kebijakan itu baru. Dan mendasar. Setidaknya untuk Indonesia.
Sebagian lagi menilainya menyimpang dari tujuan dasar pendidikan di universitas. Lalu mengaitkannya dengan untuk apa ada politeknik.
Yang paling menarik adalah itu: mahasiswa tidak lagi harus 4 tahun (8 semester) belajar di dalam kampus. Sebagiannya boleh tidak usah datang ke kampus. Yakni yang tiga semester (1,5 tahun). Namun yang benar-benar harus di luar kampus adalah dua semester, 1 tahun.
Berarti sepertiga waktu kuliah tidak perlu lagi memikir indekos di dekat kampus. Atau bagaimana harus mencari tempat parkir yang kian sulit di kampus-kampus.
Selama dua semester mereka harus bekerja di suatu perusahaan/lembaga. Atau harus magang di perusahaan/lembaga. Atau membantu menjadi tenaga riset para guru besar dan mahasiswa S3.
Atau merintis dan menjalani bisnis sendiri. Bagi mahasiswa yang selama ini sudah merangkap berbisnis kecil-kecilan tentu tidak ada alasan lagi bisnisnya tidak berkembang --dengan alasan sibuk kuliah.