Pin Nadiem

Oleh Dahlan Iskan

Pin Nadiem
Dahlan Iskan. Foto: Ricardo/JPNN.com

Sering sekali saya diundang ke kampus untuk memberi kuliah umum tentang bisnis. Saya selalu kaget --kaget yang saya selalukan-- melihat begitu banyak mahasiswa yang sudah mulai berbisnis. Banyak juga yang sulit berkembang dengan alasan itu tadi --sibuk kuliah.

Dengan kebijakan baru ini tentu kehidupan di kampus akan berubah total. Sepertiga pengunjung kantin akan hilang. Tempat indekos lebih sepi. Tempat parkir motor bisa sedikit lebih longgar.

Namun bukan itu yang penting. Mahasiswa menjadi tidak lagi hanya berorientasi pada buku. Atau teori. Ketika lulus S1 mereka juga sudah pernah belajar di kehidupan nyata.

Maka kampus-kampus kini sangat sibuk untuk merumuskan detail kebijakan itu. Terutama dalam mengatur kembali dosennya.

Misalnya soal tiga semester itu. Baru dua semester yang disebut harus bekerja di luar kampus. Yang satu semester lagi belum dijelaskan untuk apa.

Demikian juga kegiatan di luar kampus itu ternyata belum sepenuhnya boleh merdeka. Masih harus mendapat persetujuan universitas --bahkan persetujuan Kemendikbud.

Kemendikbud pun masih akan sangat sibuk. Termasuk menilai kembali banyak kebijakan lama. Misalnya apakah penentuan rasio jumlah dosen-mahasiswa yang ada sekarang masih relevan.

Begitu banyak detail yang harus dibahas di kampus. Misalnya pada semester berapa mahasiswa boleh 'kuliah' di luar kampus. Di awal? Pertengahan? Akhir?

Hari itu saya lihat Nadiem mengenakan 'simbol/pin menteri' di bajunya bagian dada. Ia kelihatan tampil lebih formal. Dalam hal pin ini saya juga kalah.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News