Pindahkan Gardu, Tunggu DKI Bebaskan Lahan
jpnn.com - Macet tol, ada dua sebab. Padat di dalam ruas tol, dan sesak di depan gerbang pintu tol. Focus Group Discussion (FGD) kali ini, mencoba memotret apa yang terjadi di depan pintu tol itu. Apa biang keroknya? Bisakah diurai? Dengan cara apa? Berikut catatan dari FGD INDOPOS, yang dilang sungkan di lantai 7 Graha Pena, Jakarta, kemarin.
PINTU tol dalam kota, dirasa sebagai titik paling krusial, terjadinya macet setiap hari. Pertama, Gerbang Tol (GT) Slipi, GT Semanggi 1, GT Senayan, dan GT Tebet. Pada jam-jam padat, pagi dan sore, melintas di GT itu seperti hendak membeli tiket pertandingan Indonesia v Malaysia di Gelora Bung Karno (GBK), Senayan saja Berebut moncong mobil, saling serobot, agar lebih cepat melewati GT. Itulah yang membuat pintu tol selalu mengular pan jang, dan meluber hingga jalur arteri. “GT Semanggi I, Jalan Gatot Subroto, yang dekat dengan Plasa Semanggi itu bisa saja ditarik lebih jauh di Semanggi II. Tapi kami harus menambah GT di sana, dan itu kalau tidak ada lahan, juga hanya bikin macet, karena terjadi bottleneck. Solusinya sudah ketemu, Pemprov DKI membebaskan tanah di samping Kartika Chandra untuk pelebaran jalan yang termakan oleh lebar gardu yang ditambah itu,” papar Direktur Operasi PT Jasa Marga Tbk, Adityawarman, kemarin.
FGD yang dihadiri juga oleh Kasubdit Bina Sistem Trans portasi Perkotaan Kementerian Perhubungan Jamal Subastian, Kadishub DKI Jakarta Udar Pristono, Komisi VI DPR-RI Ferrari Roemawi (FPD), dan Komunitas Peugeot Club Arry BW ini semakin seru. Rupanya sudah ada kesepakatan, PT Jasa Marga yang membangun dan menyiapkan GT. Pemprov DKI yang membebaskan tanah. ”Ya, itu sudah jadi plan kami, mungkin tahun 2012, nanti akan kami sampaikan,” tambah Kadishub DKI Jakarta, Udar Pristono. “Masalahkan, di PT Jasa Marga, projek itu sudah kami plot untuk tahun 2011 ini, karena itu pembebasan lahannya harus cepat, agar solusi macet di pintu tol Semanggi I bisa tuntas,” kata Adit –sapaan Adityawarman-- Kenyataannya, lanjut Adit, volume kendaraan itu terus meningkat dari waktu ke waktu.
Di Jakarta saja, pertambahan kendaraan, ada 216 mobil dan 1.068 sepeda motor per hari. Di Bodetabek-Jabar, lebih besar lagi, 356 mobil dan 2.256 sepeda motor baru, setiap hari. Sedangkan, perpanjangan volume jalan tidak signifikan. “Volume kendaraan tahun lalu saja tercatat 700 juta unit mobil, sekarang bertambah mendekati 30 persen,” katanya. Pihaknya sudah berkoordinasi dengan Meneg BUMN, Dahlan Iskan, dan PT Jasa Marga diminta bisa mengurai kepadatan lalu lintas di depan GT. Deadline-nya satu bulan. Maksimal lima kendaraan antre, tidak boleh lebih. Menyamai rekor kecepatan berhenti membayar tol di Tiongkok. ”Saya akan upayakan.
Sebab, biangnya juga bisa karena persinggungan antara yang mau masuk tol dan yang melalui arteri, belum lagi perempatan seperti di GT Slipi me nyebabkan kemacetan di jalan arteri,” kata Adit. Soal pemindahan gerbang dan penambahan gardu tol, itu terus kami data dan lakukan. Ada gerbang yang memang bisa dipindahkan, ada gerbang yang bisa ditambah gardunya. Salah satunya, pemindahan gerbang di Pondok Gede Timur ke GT Cikarang. Lalu di sana ditambah gardu menjadi 12 gardu. “Itu sudah maksimal tidak bisa ditambahkan lagi, tercatat trafick kendaraan lebih lancar,” ujarnya. Penambahan gardu juga dilakukan di GT Senayan, yang semula dua gardu menjadi 3 gardu. Selain pemindahan dan penambahan gardu, Jasa Marga juga menerapkan sistim terbuka-tertutup. Artinya, transaksi hanya dilakukan satu kali saat masuk dan langsung keluar. ”Sistem tertutup misalnya di Jakarta-Cikampek, Cibitung KM25,dipecahkan ke titik-titik lain, kemudian Cikarang-Cawang adalah sistem terbuka untuk mengurangi gerbang keluar,” jelas Adit.
Kemudian, pada ruas tol Jakarta-Kebon Jeruk sudah diubah menjadi sistem terbuka. ”Tujuannya untuk mengeliminir kemacetan pintu masuk. Jika ada lahan, kami pindahkan atau tambah gardu lagi,” ujarnya. Adit menambahkan per 1 Desember ini, semua gerbang tol dengan traffick terbanyak terutama di sepanjang tol dalam kota akan dibuka mulai jam 5 pagi. “Jika ada dua gardu ya buka dua gardu, ada 10 gardu ya buka semuanya,” kata Adit. Taktik lain, lanjut Adit, di 10 titik, di GT tertentu yang padat, petugas malah menjemput bola. Namanya, Putra, artinya Petugas Penjemput Transaksi, “Petugas per tiga jam sekali mengasong di depan pintu gardu agar lebih cepat transaksi,” katanya. Beberapa pintu tol yakni di GT Cililitan, dan GT Slipi, GT Karang Tengah, GT Halim, GT Veteran, GT Kamal, dan GT Sedyatmo (bandara).
E-Tol Card juga menjadi solusi yang lebih cepat dan self service. “Sayang, ini pertumbuhannya juga tidak terlalu cepat, Jasa Marga sudah menyiapkan beberapa jalur dengan warna khusus, GTO atau Gardu Tol Elektronik. “Kami sedang memproses, agar tidak cuma satu kartu, satu bank saja. Kalau ada ATM Bersama, yang semua perbankan membuat skema alat yang sama untuk penarikan tunai di mesin yang berbeda, maka sebenarnya juga bisa acceptable E-Toll Card dari bank yang lain,” sebutnya. Satu lagi, yang sekarang sedang kami uji coba. Yakni Non Stop Transaction, yang dikenal dengan istilah OBU-On Board Unit. Pengendara mobil yang melewati gerbang tidak perlu mengurangi kecepatan. Langsung masuk tol, cukup memasang sebuah alat, yang saat melintasi jalur itu sudah ada receiver yang otomatis mengurangi saldonya.
“Kalau semua orang pakai itu, maka ada banyak kemacetan yang bisa terselesaikan. Kasubdit Bina Sistem Transportasi Perkotaan Kementerian Perhubungan Jamal Subastian menjelaskan peraturan lalulintas jalan tol, transaksi maksimal 8 detik. Olehkarena itu, diharapkan pihak Jasa Marga mencarikan solusi bagaimana transaksi itu hanya di bawah 8 detik. “Jika bisa lebih cepat malah lebih bagus,” kata Jamal. Dia memberikan contoh di Tiongkok, antrean kendaraan maksimal hanya 5 kendaraan di pintu tol. “Ada peraturan jika lebih dari itu, tidak usah bayar,” lanjutnya. Jamal menyebutkan permasalahannya tidak hanya sistim tol canggih saja tetapi juga jalan tol yang macet sehingga kendaraan yang mau masuk juga macet.
Macet tol, ada dua sebab. Padat di dalam ruas tol, dan sesak di depan gerbang pintu tol. Focus Group Discussion (FGD) kali ini, mencoba memotret
- Calon Pendamping Jokowi Sudah di Kantong Megawati
- Poros Baru, Poros Indonesia Raya, Poros Apapun Namanya...
- PKS: Dahlan Bisa Muncul Jadi Capres Poros Baru Bentukan Demokrat
- Perbaiki Sistem Pendidikan Butuh Komitmen dan Konsisten
- Sibuk Persiapkan UN Guru Tak Sempat Tingkatkan Kualitas
- Misteri Penghapusan Pelajaran TIK di Kurikulum 2013