Pinjol
Mereka mempekerjakan debt collector digital yang menagih dengan cara-cara teror. Para penagih utang digital ini menagih melalui pesan WA setiap detik.
Bukan itu saja, penagih digital ini mengancam dan meneror dengan menyebarkan aib pengutang kepada sahabat, kolega, dan handai tolan.
Dalam kasus guru TK di Malang, dia akhirnya dipecat oleh kepala sekolah karena dianggap mempermalukan institusi.
Utang membengkak dan kehilangan pekerjaan, sang guru tidak tahu harus ke mana mengadu. Kasusnya menjadi viral nasional, sampai kemudian Pemerintah Kota Malang turun tangan menutup utangnya dengan dana bantuan dari Badan Amil Zakat Nasional Kota Malang.
Teror brutal yang dilakukan oleh debt collector menyebabkan pengutang depresi sampai akhirnya bunuh diri. Seorang pengutang di Jakarta bunuh diri di kantor karena tidak tahan menghadapi teror debt collector digital.
Pengutang itu gantung diri di kantornya di malam hari ketika kantor sepi. Ia meninggalkan selembar kertas berisi catatan utang online yang membengkak.
Di masa pandemi, ketika rakyat sudah sangat tertekan oleh kesulitan ekonomi, para lintah darat digital makin luas beroperasi. Masyarakat mengalami kesulitan mengakses pinjaman dari lembaga keuangan resmi karena persyaratan administratif yang rumit.
Masyarakat kelas menengah bawah ini tidak memenuhi syarat untuk bisa menerima pinjaman dari bank. Mereka termasuk dalam kategori ‘’unbankable’’ yang biasanya menjadi korban empuk lintah darat tradisional dan digital.
Korban pinjol sudah sangat meluas, sampai Jokowi menyinggungnya di depan pejabat OJK.
- Dukungan Anies untuk Pram-Rano Bakal Berdampak Signifikan
- Agung Sebut Pilkada Jateng Jadi Ajang Pertarungan Efek Jokowi vs Megawati
- Ridwan Kamil Optimistis Kredit Mesra Tanpa Agunan Bisa Bebaskan Warga dari Pinjol
- Ikuti Arahan Jokowi, Pujakesuma Dukung Ridwan Kamil-Suswono di Pilkada DKI
- KPK Cecar Ipar Jokowi terkait Pengaturan Lelang di Kemenhub
- Tanggapi Dukungan Jokowi Kepada Ridwan-Suswono, Syafrudin Budiman: Tanda-Tanda Kemenangan