PKI dan Baladewa
Oleh: Dhimam Abror Djuraid
Episode di rumah Nasution itu menunjukkan kebrutalan penculikan itu.
Peristiwa itu juga menunjukkan bahwa para penculik tidak dibekali cukup persiapan untuk mengenali calon korbannya.
Ketika di pagi buta penculik menggedor rumah Nasution mereka tidak mempunyai informasi yang cukup mengenai Nasution.
Ketika Pierre Tendean mengaku ‘’Saya Nasution’’, para penculik percaya begitu saja.
Hal itu memberi waktu yang cukup kepada Nasution untuk meloloskan diri.
Drama nasional itu nyaris berkembang menjadi perang terbuka di Jakarta antara pasukan yang setia kepada Presiden Sukarno, dan pasukan Angkatan Darat (AD) yang berada di bawah kendali Letjen Soeharto yang menjadi komandan Kostrad (Komando Stragetis Angkatan Darat).
Soeharto dengan ketenangan dan kecerdikan yang terukur bisa mengendalikan keadaan dan membalikkannya dengan cepat.
Sehari setelah penculikan, para pemberontak bisa diredam dan jenazah para korban penculikan bisa diketemukan di daerah Lubang Buaya, yang berdekatan dengan markas besar Angkatan Udara.
Dalam sejarah Indonesia modern, peristiwa 30 September 1965 menjadi episode paling kelam dan sekaligus paling brutal.
- Terungkap! Wanita Tewas di Pekanbaru Ternyata Dibunuh Suami Siri, Nih Pelakunya
- Biadabnya Pelaku Perkosaan-Pembunuhan Anak di Banyuwangi
- Tragis! Ibu dan Anak di Surabaya Tewas Gegara Warisan, Kejadiannya Mengerikan
- Nihayatul Wafiroh Kecam Perkosaan Disertai Pembunuhan Siswi MI di Banyuwangi
- Seorang PMI jadi Korban Pembunuhan di Hong Kong, Terduga Pelaku Sudah Ditahan
- Kasus Suap Vonis Bebas Ronald Tannur: Ini Kata KY soal Pejabat PN Surabaya Inisial R