PKJS UI Beber Dua Faktor Penyebab Meningkatnya Jumlah Perokok Anak
PKJS UI, lanjut dia, melakukan breakdown data Survei Sosial Ekonomi Nasional dan IFLS atau Indonesia Family Survey, untuk melihat bagaimana pola perilaku perokok anak.
"Kesimpulannya, ternyata untuk efek harga dan efek teman sebaya secara statistik berpengaruh terhadap seorang anak untuk merokok," kata Renny.
Ia menjelaskan, ini berarti bahwa harga menjadi satu faktor yang sangat utama. Harga yang murah mendorong peluang merokok anak itu makin meningkat.
"Jadi (kalau) makin mahal harga rokok, itu makin turun prevalensi anak. Faktor harga sangat penting," katanya.
Renny melanjutkan penelitian ini tidak hanya soal harga. Menurutnya, selain harga yang murah, teman sebaya juga memiliki pengaruh kuat terhadap anak untuk merokok.
"Ternyata teman ini secara statistik berpengaruh terhadap dorongan seorang anak untuk merokok," ungkap Renny.
Menurut Reni, hal ini seharusnya menjadi peringatan bahwa yang harus diperhatikan bukan hanya soal instrumen harga, tetapi juga faktor pengaruh teman sebaya.
Dia mengingatkan jangan sampai kalah dengan yang memang mempromosikan produk rokok untuk anak-anak remaja atau anak muda.
Peneliti Pusat Kajian Jaminan Sosial Universitas Indonesia (PKJS UI) Renny Nurhasana mengatakan berdasar penelitian yang dilakukan terungkap adanya hubungan antara orang tua perokok terhadap anak yang cenderung menjadi stunting.
- Bea Cukai Parepare Musnahkan Barang Ilegal Senilai Lebih Rp 2,25 Miliar, Terbanyak Rokok
- Bea Cukai-BNN Gagalkan Penyelundupan 19,8 Kg Sabu-Sabu di Teluk Palu, 3 Orang Diamankan
- Peredaran Rokok Ilegal Meroket, Pemerintah Harus Segera Bertindak
- KOPRI Dorong Adanya Ruang Aman untuk Perempuan dan Anak di Tempat-Tempat Ini
- Kapan Seorang Anak Mulai Memiliki Cita-Cita?
- Pakar Sebut Penyebab Kemandulan Bukan Galon Polikarbonat