PKS: Gagasan agar BI Mencetak Uang Membahayakan Stabilitas Harga dan Nilai Riil Rupiah
jpnn.com, JAKARTA - Anggota Komisi XI DPR RI dari Fraksi PKS Ecky Awal Mucharam menyatakan bahwa gagasan agar Bank Indonesia (BI) mencetak uang guna penanganan krisis ekonomi membahayakan stabilitas harga dan nilai riil (daya beli) rupiah.
“Mencetak uang tanpa underlying bisa memicu inflasi yang sangat tinggi. Kalau sudah demikian maka akan memukul daya beli rakyat. Jadi usulan beberapa orang untuk mencetak uang hingga 600 triliun, pada akhirnya akan menjadi beban bagi rakyat keseluruhan. Rakyat banyak yang harus membayar, yang menikmati hanya segelintir orang atau kelompok. Ini berbahaya,” tegas Ecky di Jakarta, Jumat (1/5/2020).
Legislator ini menilai kebijakan Quantitative Easing (QE) sebagaimana dijelaskan dan dilakukan BI saat ini berupa pelonggaran likuiditas melalui beberapa instrumen moneter yang dimiliki, yaitu pembelian SBN di pasar sekunder yang dilepas oleh investor, pelonggaran rasio GWM, penyediaan likuiditas perbankan melalui mekanisme repo, telah berada pada koridor yang tepat.
Ecky juga menekankan bahwa mencetak uang saat krisis oleh Bank Indonesia justru akan berdampak negatif pada perekonomian, dan berpotensi menjadi penyebab krisis ekonomi baru seperti halnya yang terjadi pada tahun 1998 dan tahun 1965 dimana nilai riil atau daya beli rupiah terjun bebas karena hyper inflasi.
“Dampak lanjutannya terlihat pada penurunan daya beli rakyat karena harga-harga kebutuhan pokok tidak lagi terjangkau rakyat,” ujar Ecky.
Ecky juga menekankan bahwa pencetakan uang di negara-negara maju seperti AS dan Uni Eropa tidak berdampak signifikan bagi inflasi di AS dan UE, karena Dollar dan Euro di pegang dan menjadi mata uang dunia serta menjadi bagian penting SDR. “Jadi kondisinya sangat berbeda dengan kita,” tegasnya.
Ecky juga menyampaikan dalam Rapat Kerja dengan Menteri Keuangan, Gubernur BI, Menteri PPN/Kepala Bappenas, Ketua OJK hari Kamis 30 April bahwa: “Jangan sampai isu mencetak uang ini menjadi kepanikan baru. Bisa-bisa dengan isu mencetak uang tersebut, para pemilik simpanan, nasabah kakap dana pihak ketiga (DPK) di bank melakukan aksi rush dan menukarnya dengan US Dollar. Kalau itu terjadi, likuiditas bank tergerus dan harga US Dollar melambung. Itu krisis keuangan dan ekonomi baru.” .
Lebih lanjut, Ecky mengajak tiga persen penduduk Indonesia terkaya yang menguasai kekayaan dan simpanan baik di dalam negeri dan luar negeri, untuk membuktikan nasionalisme dan kecintaannya pada Indonesia dengan menarik dananya yang di luar negeri.
Anggota Komisi XI DPR RI dari Fraksi PKS Ecky Awal Mucharam menyatakan bahwa gagasan agar Bank Indonesia (BI) mencetak uang guna penanganan krisis ekonomi membahayakan stabilitas harga dan nilai riil (daya beli) rupiah.
- BI Catat Uang Beredar Mencapai Rp 9.175,8 Triliun per November 2024
- Stasiun Kebasen Beroperasional Lagi untuk Angkutan Penumpang, Yanuar Arif: Alhamdulillah, Sejarah Terukir
- Usut Kasus korupsi CSR, KPK Periksa Pejabat Bank Indonesia
- Prabowo Usul Pengampunan Koruptor, Nasir Djamil Singgung Inisiatif Menteri
- Rupiah Melemah Karena Penggeledahan di BI? Misbakhun Angkat Suara
- PKS Dukung Usul Prabowo Soal Kepala Daerah Dipilih Oleh DPRD, Ini Alasannya