Pleno Vital

Oleh: Dahlan Iskan

Pleno Vital
Dahlan Iskan (Disway). Foto: Ricardo/JPNN.com

Namun, saya bertekad tidak akan melakukan penggantungan besi itu. Mana tahan. Dan lagi dokter saya pasti melarang: itu tidak cocok di mata ilmu kedokteran.

Pleno pertama ini juga membahas penyakit lama Disway: sulit upload komentar. Setelah sukses dibahas di Agrinex dulu, keluhan itu menurun. Lalu belakangan naik lagi.

Tim IT Disway hadir lengkap di pleno itu. Termasuk ketua timnya: Acip Setiawan. Belajar tidak pernah berhenti. Ternyata belakangan lebih sering muncul ''serangan'' siber ke server Disway. Merusak sistem.

Satu serangan diatasi muncul yang lain: lebih canggih. Media jenis baru ternyata punya kelemahannya sendiri. Apalagi, kalau namanya cepat melejit.

Agenda pleno berikutnya: emas 6 ton. "Sampai seri ke 4 tulisan Disway belum berhasil mengonstruksikan kejadian sebenarnya," gugat seorang perusuh bernama Kuswandi. Itu benar sekali.

Saya harus mengakui belum bisa merekonstruksikan seluruh potongan-potongan peristiwa. Dan itu utang saya. Peristiwa besar ini lepas dari liputan serius media.

Saya pun baru tahu belakangan. Ibarat orang ketinggalan kereta saya harus mengejar. Caranya: buka-buka arsip media apa saja. Saya tidak mendapatkan gambaran utuh sama sekali. Saya hanya dapat potongan-potongan kecil sekali. Hanya serpihan. Belum ada keterangan dari sumber primer.

Saya pun masih sebatas menyajikan potongan-potongan. Angkanya pun kadang salah: soal 1,1 ton yang saya tulis hanya 152 kg. Hanya potongannya lebih besar. Dari beberapa sumber primer.

Selesai sport dance acara dibagi dua. Perusuh Disway memisahkan diri dari peserta senam. Perusuh masih punya satu agenda lagi: pleno kedua. Di bawah pohon.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News