Plt Menpora Berharap Ada Kabar Agak Menyejukkan dari FIFA, Apa Itu?
jpnn.com - JAKARTA - Federasi sepak bola dunia atau FIFA telah mencoret Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20 2023.
Muhadjir Effendy berharap FIFA memberikan kesempatan kepada Indonesia untuk tetap menyelenggarakan ajang internasional setelah pencoretan sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20.
Muhadjir Effendy, yang merupakan Pelaksana Tugas Menteri Pemuda dan Olahraga (Plt Menpora), mengatakan hal tersebut di sela pelantikan Deputi Bidang Peningkatan Prestasi Olahraga dan Staf Ahli Bidang Inovasi Kepemudaan dan Keolahragaan di Wisma Kemenpora, Senayan, Jakarta, Kamis (30/3).
Pria kelahiran Madiun 29 Juli 1956 itu mengatakan Kemenpora akan tetap memanfaatkan anggaran Piala Dunia U-20, khususnya yang menyangkut perawatan stadion.
"Perihal (anggaran untuk) stadion dan lainnya itu agar tetap bisa dimanfaatkan semaksimal mungkin. Kami berharap ada kabar yang agak menyejukkan dari FIFA, karena kan U-nya (Piala Dunia kategori usia) tidak hanya U-20. Ada U yang lainnya," kata Muhadjir.
Selain level senior dan U-20, FIFA memiliki agenda Piala Dunia U-17 pada 2023 dengan Peru sebagai tuan rumah yang dijadwalkan bergulir pada 10 November-2 Desember.
Namun pada pertengahan Maret 2023, Peru diguncang gempa berkekuatan 6,7 magnitudo.
Lebih lanjut Muhadjir mengatakan, pencoretan Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20 menjadi kekecewaan dan kesedihan bersama.
FIFA remove Indonesia tuan rumah Piala Dunia U-20, Plt Menpora Muhadjir Effendy masih berharap ada kabar menyejukkan dari FIFA.
- Digitalisasi untuk Mendorong Pengembangan Pariwisata Indonesia Perlu Dilakukan
- Universitas Bakrie Jadi Jembatan Pengembangan Industri Halal Antara Indonesia dan Filipina
- PKN Membantu Pemerintah untuk Mengentaskan Masalah Stunting
- Latihan Militer Terpisah dengan Rusia dan Australia, Indonesia Tak Ingin Dikuasai oleh Siapa Pun?
- Pendidikan dan Pengalaman Kerja Migran, Termasuk Asal Indonesia, Belum Tentu Diakui Australia
- Apakah Bentrokan Indonesia dengan Kapal Tiongkok di Laut China Selatan Pertanda Konflik?