PLTS Bunaken Model untuk 100 Pulau Lain
Genset Dibongkar Disedekahkan ke Masjid
Senin, 11 Juli 2011 – 01:10 WIB
Di Motong kami memperoleh kenikmatan luar biasa --kenikmatan yang malamnya membawa sengsara. Ibu-ibu PLN di situ menyajikan makanan yang enaknya luar biasa: lembaran daun papaya yang digulung bersama daun singkong dengan bumbu-bumbu tertentu di dalamnya. Dimakan dengan udang goreng dan ikan rica-rica pedas, nikmatnya ampun-ampun.
Apalagi laparnya sudah berlebihan karena sudah lewat pukul 14.00. Saya pun makan bertambah-tambah. Bahkan saya tidak malu untuk minta dibungkuskan, untuk makan malam di perjalanan!
Kami pun meneruskan perjalanan ke Kotamubago dengan perut sangat kenyang. Inilah satu-satunya kota di seluruh Indonesia Timur yang belum saya kunjungi. Saya memang pernah ke sini, tapi 30 tahun lalu ketika menyiapkan koran pertama di Sulut. Kini Kotamubago majunya bukan main. Pantas disediakan listrik berapa pun selalu kurang!
Pukul 16.00 kami masih di Kotamubago. Makan siang di Motong tadi terlalu lama. Kami pun memperkirakan tengah malam baru akan tiba di Manado. Ini karena masih ada satu proyek lagi di Amurang yang menanti. Benar. Pukul 23.00 kami baru tiba di Manado. Perjalanan ini ternyata bukan 16 jam, tapi 18 jam!?
Tentu, saya memimpikan tidur yang lelap. Keesokan harinya harus bangun pagi-pagi untuk melihat PLTS Bunaken. Tapi baru satu jam memejamkan mata, perut saya berontak! Beberapa kali ke toilet tetap saja rasa mulas tidak berhenti. Hampir tiap jam saya harus ke belakang. Saya periksa isi toilet itu agar bisa tahu apakah ada yang berbahaya. Isinya ternyata daun singkong semua!
INILAH perjalanan yang happy ending. Meski awalnya menghadapi persoalan berat di Gorontalo, tapi bisa diakhiri dengan melihat proyek pembangkit listrik
BERITA TERKAIT