PM Diduga Terlibat Bisnis Organ Tubuh
Kamis, 16 Desember 2010 – 15:18 WIB
STRASBOURG - Perdana Menteri (PM) Kosovo Hashim Thaci kesandung masalah. Selasa waktu setempat (14/12), melalui situs resminya, Dewan Eropa menuding pemimpin 42 tahun itu sebagai salah seorang dalang penjualan organ tubuh para narapidana Serbia. Konon, praktik keji itu dia lakukan pada 1998-1999.
Wakil Dewan Eropa Swiss Dick Marty menuliskan, Thaci terlibat penjualan organ ilegal tersebut saat menjabat komandan Tentara Pembebasan Kosovo (KLA). "Dia (Thaci) mendalangi jual beli organ bersama beberapa komandan senior lain yang sama-sama berasal dari Albania," ungkapnya dalam laporan tertulis seperti dikutip Agence France-Presse.
Baca Juga:
Dalam tulisannya, Marty juga menyatakan bahwa Thaci dan sekutunya diam-diam menangkapi serta menyekap warga Serbia. Konon, KLA memenjarakan mereka di kawasan utara Albania. "Selama disekap, para narapidana Serbia itu dianiaya dan diperlakukan tidak wajar oleh KLA sampai akhirnya tewas," terangnya. Setelah tidak bernyawa lagi, organ-organ tubuh para narapidana tersebut diambil untuk selanjutnya dijual.
Menurut Marty, pembedahan mayat para narapidana itu dilakukan di sebuah klinik medis di Albania tidak jauh dari Kota Fushe-Kruje. "Praktik itu terjadi saat kontak senjata di Kosovo mereda dan pasukan internasional mengambil alih komando keamanan di sana," lanjutnya. Rencananya, komite hukum Dewan Eropa akan mengadakan rapat khusus membahas laporan tersebut hari ini.
STRASBOURG - Perdana Menteri (PM) Kosovo Hashim Thaci kesandung masalah. Selasa waktu setempat (14/12), melalui situs resminya, Dewan Eropa menuding
BERITA TERKAIT
- Beda dengan Prabowo, Trump Tunjuk Utusan Khusus Presiden untuk Atasi Krisis Ukraina
- Wapres Sara Duterte Digugat Pidana oleh Kepolisian Filipina
- Rawhi Fattuh Jadi Calon Kuat Presiden Palestina, Siapakah Dia?
- Mahmoud Abbas Keluarkan Dekrit Demi Penggantinya di Jabatan Presiden Palestina
- BPK Dorong Tata Kelola Pendanaan Iklim yang Transparan dan Efektif
- Hubungan Presiden dan Wapres Filipina Retak, Beredar Isu Ancaman Pembunuhan