Polarisasi Berbasis Identitas Makin Tajam, Ketum GP Ansor: Stabilitas Ekonomi Harus Dijaga

jpnn.com, JAKARTA - Ketua Umum Gerakan Pemuda Ansor, Addin Jauharudin, mengingatkan seluruh elemen bangsa untuk mewaspadai meningkatnya ancaman SARA di tengah dinamika geopolitik global, terutama setelah Indonesia bergabung dengan BRICS.
Menyikapi analisis yang disampaikan oleh Jenderal TNI (Purn) A.M. Hendropriyono, GP Ansor menegaskan bahwa isu SARA bukan sekadar persoalan internal, tetapi juga bisa menjadi bagian dari strategi geopolitik negara-negara adidaya untuk melemahkan Indonesia, termasuk melalui perang dagang yang dapat merembet ke perpecahan sosial.
“Keanggotaan Indonesia dalam BRICS membawa peluang ekonomi baru, tetapi juga membuka ruang bagi tekanan dan intervensi asing. Sejarah menunjukkan bahwa negara-negara adidaya kerap menggunakan isu identitas, agama, dan etnis sebagai instrumen untuk menciptakan instabilitas di negara berkembang. Kita harus mewaspadai bahwa beberapa instrumen untuk meledakkan konflik berbasis SARA di Indonesia sudah mulai diaktifkan belakangan ini,” ujar Addin.
GP Ansor melihat bahwa polarisasi berbasis identitas makin tajam, terutama melalui propaganda di media sosial dan infiltrasi ideologi transnasional. Jika dibiarkan, kondisi ini akan menghambat pertumbuhan ekonomi nasional yang saat ini sedang berupaya bangkit.
“Perang dagang antara kekuatan besar dunia bisa berdampak langsung pada stabilitas ekonomi Indonesia. Situasi ini bisa diperburuk jika isu SARA digunakan sebagai alat untuk melemahkan kepercayaan investor dan merusak persatuan nasional,” tambahnya.
Indonesia saat ini sangat membutuhkan investasi untuk menggerakkan ekonomi, menciptakan lapangan kerja, dan meningkatkan kesejahteraan rakyat. Apalagi, pemerintah baru saja meluncurkan BPI Danantara, sebuah inisiatif strategis untuk menarik investasi dan mempercepat pembangunan nasional.
“Investor hanya akan datang ke negara yang stabil dan memiliki kepastian hukum. Jika kita terus terpecah belah oleh isu-isu SARA, dampaknya bukan hanya sosial tetapi juga ekonomi,” tegas Addin.
Karena itu, GP Ansor mengajak seluruh anak muda Indonesia untuk bergandengan tangan, berkolaborasi, dan membangun optimisme bahwa masa depan bangsa ini akan lebih baik.
GP Ansor melihat bahwa polarisasi berbasis identitas makin tajam, terutama melalui propaganda di media sosial dan infiltrasi ideologi transnasional.
- Festival Imlek Asian, GP Ansor Luncurkan Chinese Learning Center & Positif Game Ecosystem
- Organisasi Terlarang HTI Muncul Lagi, Ansor-Banser Desak Pemerintah Bertindak Tegas
- Ketum GP Ansor Addin Jauharudin Raih Penghargaan Atas Deklarasi Jakarta-Vatikan
- Tanam Pohon Bersama Sultan HB X, Addin: Kolaborasi Pemuda Selamatkan Bumi dari Krisis Air
- GP Ansor Luncurkan Asta Cita Center, Lembaga Think Tank untuk Wujudkan Indonesia Emas
- PP GP Ansor & Basada Kunjungi PKJN, Bahas Kerja Sama dalam Penanganan Kesehatan Mental