Polemik Jilbab dan Realitas Politik
Oleh: Dhimam Abror Djuraid
Debat jilbab menjadi simbol pertarungan antara sekularisasi dan formalisasi agama di Indonesia sampai sekarang.
Kasus seorang siswa SMA di Bantul yang dikabarkan dipaksa memakai jilbab dengan cepat menjadi kontroversi nasional.
Sukmawati Soekarnoputri memperbandingkan jilbab dengan konde dan suara kidung dengan azan.
Perbandingan ini menimbulkan kontroversi yang panas karena memperhadapkan agama dengan budaya.
Dua faktor itu selalu diperhadapkan secara diametral dan seolah-olah tidak bisa dipertemukan.
Jilbab adalah sebuah identitas. Dengan berjilbab, seorang wanita muslimah bisa mengidentifikasikan dirinya dari wanita lain yang bukan muslimah. Karena itu, ketika masalah ini diusik lagi sebagian kalangan muslim langsung menyala panas karena menganggapnya sebagai ancaman terhadap identitas.
Politik identitas atau politik aliran menjadi perdebatan sepanjang zaman. Di Indonesia, perdebatan soal politik identitas lebih fokus pada isu politisasi Islam dan islamisasi politik.
Islam politik membawa aspirasi kuat untuk menjadi dasar negara yang diperdebatkan dengan sangat keras oleh para founding fathers menjelang kemerdekaan Indonesia, 1945.
Debat jilbab menjadi simbol pertarungan antara sekularisasi dan formalisasi agama di Indonesia sampai sekarang.
- Hasto Bakal Kirim Buku Pak Sabam Biar Ara Sirait Melakukan Perenungan
- Tuduh Ara Bermain SARA di Pilkada Jakarta, PDIP Bakal Tempuh Langkah Hukum
- Pramono Dinilai Sengaja Tak Umbar Dukungan PDIP di Alat Peraga Demi Raup Massa Anies
- Anies Dukung Pramono – Rano Karno, Brando Susanto: Jakarta Jadi Contoh Demokrasi yang Sejuk
- Analisis Qodari Soal Pilkada Jakarta 2024, Soroti Sikap Anies Dukung Pram - Rano
- Sikap Anies Belum Tentu Bikin Anak Abah Mendukung Pramono Anung