Polisi Australia Dinilai Perbesar Taksiran Harga Narkoba Hasil Razia

Polisi Australia Dinilai Perbesar Taksiran Harga Narkoba Hasil Razia
Polisi Australia Dinilai Perbesar Taksiran Harga Narkoba Hasil Razia

"Poin pertama yang saya nyatakan adalah, terlepas dari nilainya, setelah kami menyita obat, mereka pada dasarnya tak ada harganya karena mereka tak akan pernah dianggap sebagai keuntungan bagi kejahatan terorganisir," sebutnya.

Ia menjelaskan, "Dalam hal perhitungan nilai, ada sejumlah cara berbeda untuk menghitungnya. Biasanya, AFP bergantung pada Laporan Data Obat Terlarang (IDDR) milik ACC. Sekarang, laporan itu keluar setiap tahun, dan jelas nilainya berubah dari waktu ke waktu.”

"Nilai tertentu dari pengiriman ini telah dihitung atas dasar nilai yang dijual di tingkat jalanan, yang pada tingkat itu - satu kilogram sabu kristal -bisa dipecah menjadi barang 0,1 gram, dan dijual dengan harga itu,” tambahnya.

Ia menyambung, "Sekarang, penghitung dari sana membawa kami ke angka 1,26 miliar dolar (atau setara Rp 12, 6 triliun)."

Kriminolog dan mantan polisi, Dr Terry Goldsworthy, mengatakan, ia ingin melihat polisi lebih terbuka tentang metodologi penilaian narkoba yang mereka gunakan.

"Itu harus konsisten. Selalu bagus bagi headline media untuk menyebut 'kami menyita narkoba senilai miliaran dolar' tapi perlu ada beberapa metodologi realistis di belakang itu dan mungkin mereka harus membuat metodologi itu dikenal," jelasnya.

Ia menerangkan, "Bukan rahasia bahwa ACC menerbitkan data tentang harga narkoba dan harga pasaran. Saya ingin melihat AFP, atau siapapun yang membuat itu, mengedepankan bagaimana mereka benar-benar menghitung hal tersebut."

Dalam pernyataan yang dirilis pada hari Senin (15/2), AFP mengakui bahwa metode penghitungan mereka, baru-baru ini, berubah.

Klaim Polisi Federal Australia (AFP) yang telah menyita sabu Kristal senilai lebih dari 1 miliar dolar (atau setara Rp 10 triliun) di dalam bra push-up

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News