Polisi Belum Berhasil Ungkap Pelaku Teror Bom Batik Air
jpnn.com - JAKARTA - Polisi masih belum berhasil menemukan siapa peneror ancaman bom pesawat Batik Air dari Ambon menuju Jakarta bernomor penerbangan PK-LAG ID-6171, Jumat (17/4) pagi.
Polisi masih belum mau berspekulasi apakah pengancam bom itu dari suatu kelompok teroris. "Kita belum bisa pastikan," kata Kadiv Humas Polri Brigjen Anton Charliyan, di Mabes Polri, Jumat (17/4).
Tim Gegana Polda Sulselbar sudah memeriksa pesawat tersebut. Batik Air itu mendarat pukul 7.20 di Bandar Udara Hasanuddin, Makassar, Sulawesi Selatan karena diancam bom.
Pukul 4.28, pesawat berangkat dari Ambon menuju Jakarta. Pukul 7.05, petugas tower Bandara Sultan Hasanuddin menginformasikan ke pesawat Batik setelah mendapat telepon dari petugas Batik dari Ambon bahwa ada ancaman bom di pesawat. "Penerima SMS ancaman bom adalah karyawan Batik Air," tegas Karopenmas Polri Brigjen Agus Rianto, Jumat (17/4).
Ia menambahkan, berjarak kurang lebih 40 mil dari Makassar pilot memutuskan untuk mendarat. Setelah mendarat, evakuasi penumpang langsung dilakukan. Sekitar area parkir pesawat di police line. Tim Jihandak Brimob Polda Sulsel langsung melakukan sterilisasi memerika seluruh bagian pesawat dan menurunkn barang bagasi.
"Setelah mendarat di Makassar, tim Gegana Brimob Polda Sulsel dan Unit Opsnal Polda yang dikendalikan langsung oleh Kapolres Maros selaku penanggungjawab wilayah telah mengadakan pengecekan dan telah dinyatakan bahwa tidak ada bom di pesawat," katanya. (boy/jpnn)
JAKARTA - Polisi masih belum berhasil menemukan siapa peneror ancaman bom pesawat Batik Air dari Ambon menuju Jakarta bernomor penerbangan PK-LAG
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
- AKP Dadang Iskandar Pembunuh Kasat Reskrim Polres Solok Selatan Terancam Dihukum Mati
- Pertamina Patra Niaga Uji Penggunaan Bioethanol E10 Bersama Toyota dan TRAC
- Polisi yang Ditembak Mati Rekan Sendiri Dapat Kenaikan Pangkat Anumerta dari Kapolri
- Sekte Indonesia Emas Dideklarasikan Untuk Mewujudkan Perubahan Sosial
- PFM Tegaskan Ada 15 Kementerian dan 28 Badan Teknis yang Perlu Diawasi
- Unilever Sebut Inklusi, Kesetaraan, dan Keragaman Kunci Bisnis Berkelanjutan