Polisi Diduga Bayar Preman Untuk Bubarkan Demonstran
Minggu, 23 Juni 2013 – 14:07 WIB
JAKARTA - Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW) Neta S Pane mengatakan, selain bersikap represif, polisi diduga menggunakan preman bayaran untuk membubarkan aksi demonstrasi mahasiswa yang menolak kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) di sejumlah kota, di antaranya Makasar, Palopo, dan Samarinda. Para preman tersebut lanjut dia, juga memprovokasi warga sekitar agar ikut melempari mahasiswa. Karena itu, IPW mendesak Kapolri segera memerintahkan para kapolda dan kapolres untuk menghentikan penggunaan preman dalam mengatasi demo mahasiswa.
Dalam demonstrasi di Makasar, Senin (17/6) misalnya, para preman muncul dari belakang barikade polisi dan menyerang mahasiswa. Polisi bukannya mengusir para preman, tapi malah membiarkan. Mereka mundur dan hanya menjadi penonton.
"IPW sangat menyesalkan cara-cara yang dilakukan polisi dalam menangani aksi demo ini. Penggunaan preman dalam mengatasi aksi demo mahasiswa bisa memicu konflik horizontal di masyarakat kian meluas," kata Neta di Jakarta, Minggu (23/6).
Baca Juga:
JAKARTA - Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW) Neta S Pane mengatakan, selain bersikap represif, polisi diduga menggunakan preman bayaran
BERITA TERKAIT
- Masjid Indonesia Pertama di Yokohama Jepang Resmi Dibangun
- KAI Properti Dukung Pelestarian Lingkungan Melalui Aksi Tanam Pohon
- Mbak Rerie: Pembangunan Kebudayaan Bukan Langkah yang Mudah, Butuh Dukungan Semua Pihak
- Saleh Ingatkan Pemerintah Waspada soal Defisit BPJS Kesehatan
- Gegara Dilarang Pakai Narkoba, RR Tega Aniaya Istri Hingga Tewas
- Mengisi Kuliah Umum di Politeknik PU, AHY Bicara Program Makan Bergizi Gratis