Polisi Lamban Tangkap Peneror Pilpres
Lalu pada 7 Juni 2014 Rumah Polonia, Jakarta Timur, yang menjadi markas besar pemenangan pasangan capres dan cawapres yang dipimpin koalisi Partai Gerindra, Prabowo Subianto - Hatta Rajasa diancam akan dibom.
Polri diharapkan bekerja keras untuk mengungkap aksi-aksi kekerasan ini. Agar, lanjutnya, masyarakat bisa tenang dan tidak terjebak dalam sikap saling mencurigai, apakah aksi kekerasan itu hanya sebuah rekayasa. Ataupun, kata dia, benar-benar terjadi dilakukan lawan politiknya atau dilakukan pihak tertentu untuk mengacaukan pilpres 2014.
"Aura panas yang diwarnai kekerasan ini tidak boleh dibiarkan," tegasnya.
Neta mengatakan Pilpres 2014 harus benar-benar bisa dijaga dan dikawal Polri dengan aman dan damai. Untuk itu Kapolri perlu memerintahkan para Kapolda yang di wilayahnya terjadi kekerasan dan ancaman kekerasan agar segera menangkap pelakunya.
"Kapolda dan Kapolres yang tidak mampu harus segera dicopot, sebelum proses pilpres 2014 menjadi malapetaka penuh konflik," katanya.
Seperti di Yogyakarta yang kekerasan terus berulang dan Polri tidak berdaya menangkap pelakunya, Kapolri perlu segera mengganti Kapolda maupun Kapolresnya. "Jogja adalah kota budaya tentu sangat ironis jika di kota itu terus menerus terjadi aksi kekerasan," pungkasnya. (boy/jpnn)
JAKARTA -- Selama 18 hari terakhir, sudah terjadi delapan peristiwa kekerasan dan ancaman kekerasan yang mewarnai proses pemilihan presiden 2014.
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
- Natal 2024 GBI HMJ: Hidup dalam Kasih Kristus
- Gunung Semeru Kembali Erupsi, Masyarakat Diminta Waspada Lontaran Batu Pijar
- Keberadaan Satgas Nataru Diyakini Turut Menekan Angka Kecelakaan
- Wamenhub Suntana Pantau Kelancaran Lalu Lintas di Pos Gadog Puncak
- TNI AD Mengerahkan 58 Ribu Prajurit Bantu Polri Mengamankan Nataru
- Libur Natal, TMII Dipadati Lebih dari 12 Ribu Pengunjung