Polisi Sri Lanka Salah Memprediksi Tanggal Serangan Bom
jpnn.com, KOLOMBO - Pemerintah Sri Lanka dikritik karena gagal mengantisipasi serangan bom di sejumlah gereja dan hotel akhir pekan lalu. Aparat yang lalai membuat pelaku leluasa beraksi di enam lokasi dan merenggut ratusan nyawa.
Padahal, otoritas Sri Lanka sudah mendapat petunjuk tentang rencana National Tawheed Jamaath (NTJ). Dalam laporan tiga halaman yang diperoleh Washington Post, NTJ disebut-sebut akan beraksi pada April.
''Informasinya sudah diterima, tapi tak ada upaya yang signifikan. Tentu kita harus mencari tahu soal ini,'' kata Perdana Menteri Sri Lanka Ranil Wickremesinghe.
Wickremesinghe memang sedang bermusuhan dengan Presiden Maithripala Sirisena. Kepala parlemen itu sempat dilengserkan Sirisena.
Kabinet Sirisena melemparkan semua kesalahan kepada kepolisian. Menurut Jubir Pemerintah Sri Lanka Rajitha Senaratne, Inspektur Jenderal Kepolisian Pujith Jayasundara seharusnya mengundurkan diri karena lalai menanggapi sebuah ancaman.
Sebenarnya Jayasundara pun sudah melakukan pencegahan. Namun, tanggalnya salah. Dalam laporan intel yang diterima, waktu yang dipilih NTJ adalah 4 atau 11 April.
Pada 11 April, kepolisian juga sudah mengeluarkan peringatan nasional terkait dengan kemungkinan serangan terhadap gereja terkemuka di Sri Lanka. (bil/c14/dos)
Pemerintah Sri Lanka dikritik karena gagal mengantisipasi serangan bom di sejumlah gereja dan hotel akhir pekan lalu
Redaktur & Reporter : Adil
- Mendiktisaintek: Pendidikan Ampuh Mencegah Radikalisme dan Terorisme
- Menteri Imigrasi: Ada Syarat Membebaskan Jemaah Islamiyah
- Cegah Teror Saat Natal, Polri Sterilisasi Seluruh Tempat Ibadah
- BNPT Beri Sertifikat ke-16 Pengelola Objek Vital soal Pencegahan Terorisme
- Tinjau Program Sekolah Damai di SMAN 13 Semarang, Kepala BNPT Beri Pujian
- BNPT Dorong Kolaborasi Multipihak untuk Cegah Ekstremisme Berbasis Kekerasan yang Mengarah pada Terorisme