Polisi tak Perlu Kenakan Rompi Anti-Peluru

Polisi tak Perlu Kenakan Rompi Anti-Peluru
Prof.DR.Adrianus Meliala. Foto: dok.JPNN

Kira-kira kelompok mana yang memiliki ketiga unsur elemen tersebut?

Bisa dari kelompok mana saja. Tapi kalau melihat jauh ke belakang, kelompok-kelompok radikal yang kemungkinan paling membenci polisi. Mereka menilai polisi-lah yang selama ini menghalangi mereka melancarkan aksi-aksinya. Mereka tidak melihat kepolisian itu sebagai sebuah instalasi negara. Mereka hanya melihat tindakan kepolisian terhadap mereka perlu dilawan. Jadi semacam situasi di mana unsur balas dendam.

Kalau tujuan demikian, kenapa korbannya justru polisi berpangkat rendah?

Justru itu, yang gampang ditemui kan polisi berpangkat bintara yang bertugas di lapangan. Kalau pangkat perwira mungkin sudah menggunakan mobil atau memiliki pengawal. Sementara kalau bintara kan gampang dikenali misalnya dari seragamnya. Kalau perwira juga mungkin banyak juga yang menggunakan pakaian biasa. Intinya mereka memang  ingin menciptakan teror dan shock therapy.

Almarhum Bripka Sukardi ditembak di depan gedung KPK, apakah memerlihatkan pelaku semakin nekad?

Kalau menurut saya hanya kita yang menyebut mereka nekad. Aksi kemarin justru memerlihatkan adanya kemampuan luarbiasa. Mereka sangat terlatih dan penuh perhitungan. Karena semua operasi mereka berhasil dan mereka dapat lolos dari kejaran polisi.

Apa yang harus dilakukan kepolisian menghadapi kondisi ini?

Perlu ada dua strategi. Yaitu terbuka dan tertutup. Untuk strategi terbuka, polisi perlu meningkatkan razia di jalanan dan meningkatkan kewaspadaan. Atau merazia tempat-tempat yang diduga di mana senjata-senjata api rakitan di buat. Kemungkinan lain, senjata yang digunakan bisa saja bukan rakitan. Nah untuk itu polisi menurut saya perlu melakukan operasi khusus. Langkah-langkah ini muaranya untuk mengungkap siapa pelaku maupun dalang di balik aksi-aksi teror. Karena itu dalam melakukan operasi, polisi perlu mengacu pada tiga hal yang tadi saya sebutkan. Yaitu kemungkinan pelaku benci polisi, terlatih dan punya akses kepada senjata api.

AKSI penembakan terhadap aparat kepolisian kian mengkhawatirkan. Dalam tiga bulan terakhir tercatat lima nyawa aparat melayang sia-sia, saat bertugas

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News