Politik Belah Bambu Prabowo Membenturkan Patron Politik Sukarelawan Jokowi
Oleh: Direktur Pusat Studi Islam dan Demokrasi Nazar EL Mahfudzi
Belah bambu adalah istilah politik, berebut kekuasaan karena faktor jabatan.
Sukarelawan Jokowi yang selama terpadu dan menyatu dibelah. Satu bagian diangkat ke atas, sementara bagian lainnya diinjak ke bawah.
Tujuan memecah belah sukarelawan Jokowi untuk menghancurkan patron politik Jokowi dan PDIP yang cukup solid dalam dua periode di bawah kepemimpinan Megawati Soekarnoputri.
Dijadikanlah Gibran Raka Buming sebagai figur untuk memperdaya antar-sukarelawan Jokowi sebagai asumsi untuk meneruskan kinerja Presiden Joko Widodo untuk mempertahankan kekuasaan.
Praktiknya, dalam teori politik belah bambu, patron politik Jokowi yang menentang kekuasaan diinjak, ditekan dan selanjutnya jika perlu dihancurkan sampai habis.
Sementara sebagian kelompok lain, terutama yang mendukung kekuasaan, diangkat, diberi fasilitas dan diistimewakan kehidupannya di masyarakat.
Sejarahnya, politik belah bambu biasa dilakukan di masa penjajahan Jepang dan Belanda hingga masa Orde Baru.
Politik Belah Bambu dipraktikkan untuk melanggengkan kekuasaan Soeharto dengan melakukan fusi berbagai parpol diperbolehkan hanya tiga, PDI, Golkar dan PPP.
Pengamat politik Nazar EL Mahfudzi menilai politik 'Belah Bambu' Prabowo membenturkan patron politik sukarelawan Jokowi di Pemilu 2024.
- Makan Bergizi Gratis Dimulai Besok, 190 Dapur MBG Bakal Beroperasi
- Sampit Bantul
- Jokowi Masuk Daftar Pimpinan Korup, PBNU: Apakah Lembaganya Kredibel?
- Sebut PMK PPN Membingungkan, Misbakhun Sarankan agar Dirjen Pajak Tinggalkan Jabatan
- MK Hapus Presidential Threshold, Gibran Berpeluang Melawan Prabowo di 2029
- Jokowi Absen Pertemuan Eks Gubernur Jakarta, PDIP: Malu Namanya Masuk Daftar OCCRP