Politik Gaduh, Investor Asing Kabur
Sehari Lepas Saham Rp 1,4 Triliun
jpnn.com - JAKARTA - Bursa saham Indonesia belum mampu mengikuti kisah sukses bursa India yang langsung melesat naik pasca Pemilihan Umum (Pemilu).
Selain akibat situasi global yang kurang kondusif, situasi politik di dalam negeri terutama dari proses pembentukan formasi di legislatif kian menekan industri pasar modal di dalam negeri sehingga berimbas pada nilai tukar Rupiah.
Masa bulan madu bursa saham Indonesia hanya berlangsung singkat pasca terpilihnya pasangan Joko Widodo - Jusuf Kalla (Jokowi - JK) sebagai presiden dan wakil presiden Indonesia untuk lima tahun mendatang.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sejak itu bergerak naik dan berhasil tembus rekor tertinggi di level 5.246,483 pada 8 September 2014.
Sejalan dengan itu investor asing terus melakukan aksi beli dengan giat melakukan investasi di bursa saham Indonesia. Sampai saat itu pembelian bersih investor asing (foreign net buy) secara kumulatif sejak awal 2014 sampai 8 September 2014 mencapai Rp 57,26 triliun yang merupakan rekor tertinggi dalam sejarah bursa saham Indonesia.
Namun kemudian situasi politik berbalik memanas lagi. Dipicu oleh rencana pemberlakuan pemilu kepala daerah yang diubah dari pemilu langsung menjadi tidak langsung melalui perwakilan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) dan akhirnya disetujui.
Sejak saat itu IHSG berangsur turun dan salah satu puncaknya terjadi kemarin. Ditambah lagi dengan situasi "memalukan" dari proses pembentukan pimpinan di DPR, IHSG ditutup anjlok sebesar 140,104 poin (2,725 persen) ke level 5.000,809.
Di tengah perdagangan saham kemarin, IHSG bahkan sempat meninggalkan level psikologis 5.000 ke kisaran 4.999. Pada perdagangan kemarin investor asing melakukan penjualan bersih (foreign net sell) senilai Rp 1,487 triliun.
Aksi jual investor asing ini telah terjadi sejak beberapa pekan ini sehingga secara kumulatif pembelian bersih investor asing sampai dengan kemarin sudah menyusut menjadi Rp 46,596 triliun.
Memang mayoritas bursa global juga ditutup turun pada perdagangan kemarin. Namun koreksi yang dialami IHSG merupakan yang terdalam dibandingkan bursa negara lainnya. Beruntung nilai tukar Rupiah sanggup sedikit menguat ke level 12.136 per dolar Amerika Serikat (USD) dibandingkan 12.188 per USD pada penutupan sebelumnya (kurs tengah BI).
Head of Investment PT Valbury Asia Asset Management, Andreas Yasakasih, menilai pasar saham Indonesia turun dipicu oleh penurunan indeks di pasar global disertai oleh aksi jual investor asing merespons perkembangan kondisi politik dalam negeri.
"Yang dialami IHSG kemarin adalah mengikuti konsolidasi bursa global dan regional. Indeks Dow Jones sudah naik tinggi dan sudah saatnya konsolidasi. Pukulan tersebut diperparah kondisi politik dalam negeri yang mengecewakan investor asing," ujarnya, kemarin.
Namun Andreas menilai koreksi ini masih dalam taraf wajar dan sehat. Artinya, investor melakukan adjustment risk dari kondisi politik dalam negeri. Namun jika kondisi politik dalam negeri bertambah buruk bukan tidak mungkin IHSG akan sulit bangkit dan berpotensi turun di bawah level 5.000 poin.
Dalam sebulan ke depan, investor asing akan mencermati situasi politik dalam negeri, pelantikan presiden dan wakil presiden baru, susunan kabinet pemerintahan, dan kenaikan bahan bakar minyak (BBM) bersubdsidi.