Politik Saling Kunci Habiskan Energi
Jumat, 10 Desember 2010 – 00:00 WIB
Sukardi juga melihat partai-partai koalisi di dalam Sekretariat Gabungan (Setgab) lebih sibuk memikirkan hal-hal sepele seperti reshuffle kabinet ketimbang mendorong kinerja pemerintah secara keseluruhan. Sebaliknya, partai-partai oposisi terutama PDIP tidak bergairah mengkritisi kebijakan-kebijakan pemerintah.
Baca Juga:
“Tidak mengherankan jika peran oposisi sepenuhnya diambil alih oleh para aktivis dan mahasiswa,” kata Sukardi sembari menambahkan, situasi saling sandera di antara partai politik tersebut memberi ruang lebih luas pada presiden untuk mengunci parpol anggota koalisi, termasuk dengan penggunaan sekretariat gabungan.
Ditambah lagi dengan karakter presiden yang peragu, sebut Sukardi, mendorong partai-partai mitra koalisi untuk menjadikan Setgab sebagai arena untuk mengkritisi Presiden apabila kepentingan partai terganggu. Akibatnya, urusan-urusan strategis menyangkut manajemen pemerintahan dan ketatanegaraan seperti pemilihan ketua KPK, Komisi Yudisial, Kapolri dan Jaksa Agung menjadi berlarut-larut.
Selain itu, komunikasi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono seringkali berisi hal-hal yang sulit untuk dipahami masyarakat sehingga tidak efektif. “Komentar tentang monarki Yogyakarta adalah contoh terakhir dari komunikasi presiden yang tidak efektif,” katanya.
JAKARTA - Pengamat dari Sugeng Sarjadi Syndicate (SSS) Sukardi Rinakit, mencermati sepanjang 2010 ini terjadi fenomena politik saling kunci. Adapun
BERITA TERKAIT
- Menko AHY Bicara soal Harga Tiket Transportasi Mudik Lebaran 2025: Lebih Terjangkau
- Hadiri Perayaan Natal di BRIN, Menko AHY Ingatkan Soal Toleransi dan Persatuan
- Ikatan Notaris Indonesia Versi Kongres Cilegon: Keputusan Dirjen AHU Sewenang-wenang
- Pemerintah Daerah Ikut Patungan Rp 5 Triliun untuk Membiayai Makan Bergizi Gratis
- Mentrans Iftitah: Kesuksesan Milik Mereka yang Bekerja Keras
- Menko AHY Dukung Proyek Infrastruktur Dibangun Swasta, Asalkan