Politik Sudah Mulai Makan Korban Konglomerat
Oleh Dahlan Iskan
Investasi Tiongkok di AS memang mencapai rekor tahun lalu: 51 miliar dolar. Hampir Rp 600 triliun. Dalam satu tahun. Bandingkan dengan tahun sebelumnya yang ”hanya” 11 miliar dolar. Naik lima kali lipat.
”Ketakutan DPR Amerika itu berlebihan,” ujar Wang Jianlin kepada media dunia. ”Kami ini menghidupi 20.000 karyawan di AS. Investasi kami saja 10 miliar dolar,” tambahnya.
Rupanya AS sudah harus ambil tindakan. Senjata soft power yang dulu digunakan AS untuk menyerang dunia (McDonald, internet, dll) tidak boleh ditiru Tiongkok. Maka, transaksi terbaru Wang Jianlin untuk membeli Dick&Clark Production diblokade. Padahal, harga sudah disepakati. Wang akan membelanjakan 1 miliar dolar untuk membeli perusahaan yang berada di belakang Golden Globe dan American Music Award itu.
Dan.... Datang juga pukulan lain.
Di tengah pertempurannya dengan penguasa Amerika itu, tiba-tiba datang bencana dari dalam negeri. Dari negerinya sendiri. Tiongkok tidak suka pengusahanya terlalu ekspansif di luar negeri. Belum jelas. Apakah untuk menjaga hubungan dengan AS atau karena di dalam negeri sendiri lagi butuh investasi.
Memang bukan hanya Wang Jianlin yang jadi sasaran tembak. Tapi juga lima pemain agresif lainnya. Termasuk pemilik baru klub sepak bola AC Milan. Wang sendiri sudah membeli klub Atletico Madrid. Dua tahun lalu.
Intinya: kini Wanda Group tidak mudah lagi untuk mencari sumber dana di dalam negeri. Terutama dari perbankan. Padahal, penjualan rumah di real estate-nya tidak selaris dulu.
Akhir tahun lalu Wang sendiri mengatakan ekonomi Tiongkok masih sulit. Belum mendapatkan jalan keluar. Penurunan ekonomi ini, katanya, masih belum mencapai titik terendahnya. Berarti masih akan berlanjut. Kelebihan pasok rumah luar biasa besar. Untuk menjual rumah yang sudah dibangun tapi belum laku saat ini saja, kata Wang, diperlukan waktu lima tahun.