Politikus Australia Anggap Kematian Ratu Elizabeth Peluang Emas, Langsung Tancap Gas!

jpnn.com, SYDNEY - Warga Australia berduka atas kematian Ratu Inggris Elizabeth II yang mengembuskan napas terakhir di Balmoral, Skotlandia, Kamis (8/9).
Namun, bagi kaum republikan, tragedi nasional bangsa Inggris itu adalah peluang emas untuk menghidupkan kembali perdebatan lama tentang hubungan Australia dengan pihak kerajaan.
Australia adalah salah satu negara Persemakmuran yang masih menempatkan raja Inggris sebagai kepala negara.
Australia telah lama memperdebatkan perlunya mempertahankan hubungan ini. Referendum untuk menjadikan Australia sebuah republik pada 1999 gagal dengan 55% pemilih menentang perubahan.
"Pikiran kami bersama keluarganya dan semua yang mencintainya. Sekarang Australia harus bergerak maju," kata pemimpin Partai Hijau Australia Adam Brandt, seorang republikan terkemuka.
"Kami membutuhkan perjanjian dengan orang-orang First Nations, dan kami perlu menjadi republik," tulisnya di Twitter.
Bandt dituduh, bahkan oleh beberapa rekan republikan, tidak sopan dengan mengangkat masalah ini hanya beberapa jam setelah kematian ratu.
"Bukan waktu yang tepat untuk menyerukan republik terlepas dari di mana Anda duduk di spektrum monarki/republik. Tidak menghormati setelah masa pengabdiannya yang panjang," kata salah satu pengikut Bandt menanggapi tweet tersebut.
Bagi kaum republikan, tragedi nasional bangsa Inggris itu adalah peluang emas untuk menghidupkan kembali perdebatan soal hubungan Australia dengan kerajaan
- Kabar Australia: Pihak Oposisi Ingin Mengurangi Jumlah Migrasi
- Pemerintah Australia Umumkan Anggaran Baru, Ada Kaitannya dengan Migrasi
- Terungkapnya Tindakan Kekerasan di Sejumlah Pusat Penitipan Anak di Australia
- Kabar Australia: Gaji AU$ 100.000 Belum Tentu Cukup untuk Sewa Rumah
- Bagaimana Peluang Timnas Indonesia Lulus Piala Dunia 2026 Seusai Dihajar Australia?
- Timnas Indonesia Kalah Terlalu Banyak, Kluivert: Kami Tak Pernah Menundukkan Kepala