Politikus PDIP Ansy Lema Menyoroti Pembangunan Wilayah Perbatasan Era Revolusi Industri 4.0
Ansy juga menguraikan tantangan dan potensi pembangunan perbatasan era Revolusi Industri 4.0. Sejarah revolusi industri dimulai dari industri 1.0, 2.0, 3.0, hingga industri 4.0. Unsur-unsur penting Revolusi Industri 4.0 seperti enterprice Resource Planning, Internet of thing, big data, yber physical cloud computing, dan artificial intelegence.
Revolusi industri mendatangkan manfaat seperti efisiensi dan produktifitas meningkat, biaya yang lebih murah, identifikasi dan pemecahan masalah yang lebih cepat. Namun, juga punya tantangan seperti kesiapan industri, tenaga kerja terpercaya, kemudahan pengaturan sosial budaya, diversifikasi dan penciptaan lapangan kerja. Peluang industri 4.0 yaitu inovasi ekosistem, basis industri yang kompetitif, investasi pada teknologi, dan integrasi Usaha Kecil Menengah (UKM) dan kewirausahaan.
"Dengan teknologi digital, pengelolaan bisnis tidak lagi berpusat pada kepemilikan individual, tetapi menjadi pembagian peran atau kolaborasi atau gotong royong atau kita kenal dengan shared economy. Go-Jek menjadi contoh aktual. Go-Jek pada Juni 2016 bervaluasi sebesar Rp17 triliun dan meningkat menjadi Rp24 triliun di 2018, padahal Go-jek sama sekali tidak memiliki armada tetapi bermitra dengan lebih dari 400 ribu pemilik kendaraan di tahun 2018. Revolusi industri 4.0 sejatinya menyajikan peluang yang luas bagi siapapun untuk maju,” tambah Ansy.
Ansy Lema mendorong UNIMOR menjadi agen perubahan yang menghasilkan manusia-manusia unggul. Dua pusat Studi UNIMOR yakni Pusat Studi Perbatasan dan Pusat Studi Lahan Kering memiliki posisi strategis memberikan kontribusi ilmiah terhadap pengambilan kebijakan terkait perbatasan, termasuk mempersiapkan SDM perbatasan yang terliterasi Revolusi Industri 4.0. Unimor harus menciptakan inkubator-inkubator yang menjadi role model pengembangan lahan kering dan pengelolaan perbatasan.
Di NTT, masalah yang menghambat implementasi Revolusi Industri 4.0 adalah kelayakan instrastruktur telekomunikasi dan ketersediaan listrik yang masih minim.
Sementara itu, Raymundus Fernandes menjelaskan masalah utama perbatasan di TTU, yakni masalah kemiskinan, rendahnya derajat kesehatan, kualitas pendidikan serta konflik tapal batas di Bidjael Sunan, Oben, Subina.
Sedangkan Wakil Rektor UNIMOR Werenfridus Taena memaparkan pengembangan cross border tourism terhadap perekonomian wilayah, terutama di Perbatasan Wini.
Menurutnya, posisi Wini yang strategis secara geopolitik menjadi peluang bisnis bagi masyarakat sekitar seperti jasa transportasi, penginapan, kuliner, dan suvenir.(fri/jpnn)
Ansy Lema mendorong UNIMOR menjadi agen perubahan yang menghasilkan manusia-manusia unggul.
Redaktur & Reporter : Friederich
- Kasus Rudapaksa Wanita Disabilitas di Bandung, Atalia: Pelaku Bukan 9, Tetapi 12 Orang
- Komisi IV DPR Mendukung Langkah Pemerintah Pangkas Alur Distribusi Pupuk Bersubsidi ke Petani
- Kemendes Harus Membatasi Penggunaan Dana Desa untuk Sosialisasi dan Pelatihan
- Pemerintah Harus Tingkatkan Daya Saing Produk UMKM dan Ekonomi Kreatif
- Jadwal Pelantikan Kepala Daerah Terpilih Diundur, Komisi II DPR RI Ungkap Tanggalnya
- Meraih Peluang Ekonomi di Tahun 2025