Politikus PKB: Kalau Mau Buat NKRI Syariat Jangan di Indonesia
jpnn.com, JAKARTA - Politikus Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Abdul Kadir Karding heran dengan kelompok yang belakangan ini membangun narasi NKRI Syariat. Karding menyatakan tidak terima dengan upaya mengembangkan NKRI Syariat di bumi pertiwi.
"Mana ada Pancasila atau NKRI bersyariat. Enggak ada itu. Pancasila, ya Pancasila saja. NKRI, ya NKRI saja. Enggak ada embel-embel," kata Karding ditemui di Jakarta Pusat, Rabu (7/8).
Karding meragukan komitmen kelompok yang membangun narasi NKRI Syariat itu, terhadap Pancasila. Kelompok yang ingin membangun NKRI Syariat, disarankan Karding untuk meninggal Indonesia.
"Kalau ada embel-embel itu niatnya lain. Menurut saya kalau mau buat Pancasila bersyariat, itu di negara lain, jangan di sini. Kalau mau NKRI bersyariat atau konstitusi bersyariat, jangan di Indonesia," pungkas dia.
BACA JUGA: Abdul Kadir Karding: Kita Menjauh dari Musyawarah Mufakat
Sebelumnya, muncul delapan poin putusan yang keluar di dalam acara Ijtimak Ulama dan Tokoh IV yang diselenggarakan di Hotel Lorin, Sentul, Jawa Barat, Senin kemarin (5/8).
Beberapa poin yang dihasilkan antara lain, penolakan terhadap kekuasaan yang berdiri atas kecurangan dan pemulangan Imam Besar FPI Habib Rizieq Shihab dari Arab Saudi.
Dalam poin lain, muncul putusan yang menyarankan seluruh ulama dan umat untuk berjuang mewujudkan NKRI Syariat yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. (mg10/jpnn)
Karding meragukan komitmen kelompok yang membangun narasi NKRI Syariat itu, terhadap Pancasila.
Redaktur & Reporter : Aristo Setiawan
- Ninik Dorong Sinergitas Multilevel Pulihkan Sukabumi Pascabanjir Bandang
- Gugatan Ghufron Ditolak, Cak Imin Tak Perlu Ganti Rugi
- Sindikat Judol Internasional di Jatim Dibongkar, Rano Alfath Minta Polri Selalu 2 Langkah
- PKB Minta BMKG-Kemenhub Serius Siapkan Mitigasi Cuaca Ekstrem Jelang Nataru
- Gus Imin Mengukuhkan 8 Pemimpin Daerah Terpilih jadi Pengurus PKB Jabar
- PKB Jatim Menggelar Bimtek Bahas Bahaya Judol, Hadirkan OJK hingga Kiai